Volkan Bozkir, Menteri Turki untuk Urusan Uni Eropa, mengatakan, “Pernyataan (genosida) ini sangat kontroversial dan tidak didasarkan pada dokumen sejarah mana pun. Turki tidak bisa menerima pernyataan itu dan menganggapnya tidak benar."
Turki hari Minggu menarik duta besarnya untuk Vatikan setelah Paus Fransiskus menggambarkan pembantaian tahun 1915 terhadap hampir 1,5 juta orang Armenia sebagai “genosida pertama dalam abad ke 20”.
Paus Fransiskus mengatakan menutup-nutupi atau menyangkal perbuatan jahat adalah seperti ibarat membiarkan luka terus mengucurkan darah tanpa merawatnya.
Turki telah mengakui bahwa orang-orang Armenia yang beragama Kristen tewas dalam bentrokan dengan penguasa Turki Usmaniyah, tetapi dengan marah menyangkal bahwa pembantaian itu bisa disebut sebagai genosida.
Turki mengatakan, jumlah yang tewas telah dibesar-besarkan dan mereka yang tewas adalah korban perang saudara dan kekacauan.
Uni Eropa hari Senin mendesak Turki dan negara tetangganya Armenia untuk memulihkan hubungan setelah kontroversi mengenai komentar Paus tersebut yang disampaikan dalam misa di Basilika Santo Petrus di Roma.
Turki dan Armenia menandatangani perjanjian tahun 2009 untuk membuka perbatasan mereka dan menjalin hubungan diplomatik, tetapi perjanjian itu belum dilaksanakan. Parlemen Eropa mengenang 100 tahun pembantaian itu hari Rabu di Brussels, Belgia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.