Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paulus Lahur: Asal Indonesia, Tinggal di Australia, Klien di Jepang

Kompas.com - 24/12/2014, 08:30 WIB

"Jadi, kesusahan terbesar adalah tidak ada jaminan akan selalu ada klien. Idealnya kalau ada klien yang punya proyek jangka panjang misalnya selama beberapa tahun, tetapi dalam kenyataannya belum tentu begitu. Saya sendiri masih mencari-cari rumus yang tepat untuk menghadapi masalah ini," lanjut pria yang sekarang berusia 46 tahun tersebut.

Namun, menurut dia, dari sisi teknologi, dengan berkembangnya internet yang begitu cepat, komunikasi dengan klien tidak banyak masalah.

"Bidang pengembangan software adalah bidang yang dapat dikerjakan secara lintas negara  karena semuanya bisa dikerjakan lewat internet. Komunikasi bisa dengan e-mail dan Skype. Data bisa dikirim langsung lewat e-mail, atau kalau besar (puluhan megabyte atau lebih besar lagi) bisa pakai DropBox (tempat penyimpanan data online yang aksesnya bisa dibuka kepada orang yang kita tuju). Bahkan, untuk data yang sangat besar (puluhan gigabyte atau lebih besar lagi) bisa disimpan di USB key atau hard drive dan dikirim lewat pos. Pendek kata, batasan teknologi sudah hampir tidak ada lagi," kata Lahur lagi.

Sejauh ini, apakah yang dilakukan Lahur juga banyak dilakukan oleh orang lain?

"Sejauh yang saya ketahui, tidak banyak orang yang bekerja lintas negara seperti ini. Namun, saya yakin bahwa pada masa datang angka ini akan terus meningkat seiring dengan semakin hadirnya internet di segala penjuru dunia. Peluang bekerja di mana saja kepada siapa saja semakin terbuka lebar."

"Selain itu, kemajuan teknologi ini mempunyai efek menipiskan keterikatan batin manusia pada suatu negara atau bangsa. Selama kode etik bisnis yang baik dipatuhi, harga cocok, tidak ada alasan untuk menolak tawaran pekerjaan dari negara lain," kata Lahur yang salah satu hobinya adalah melukis.

Sampai sekarang Lahur sudah pernah tinggal di tiga negara, Indonesia, Jepang, dan Australia, dan dia berharap bahwa dengan istri dan satu orang anaknya sekarang ini, mereka tidak harus berpindah negara lagi.

Namun, apakah dia menikmati apa yang dikerjakannya sekarang?

"Saya memang pada dasarnya senang bertualang dan mencoba sesuatu yang  tidak umum  dikerjakan oleh orang lain. Mungkin ini juga yang membuat saya cocok di bidang riset dan pengembangan. Ada tantangan dan kepuasan tersendiri di sana. Faktor lain adalah datangnya kesempatan yang sulit sekali untuk disia-siakan, apalagi kalau dibandingkan dengan keadaan Indonesia waktu itu yang relatif kurang kondusif dalam hal pengembangan spesialisasi saya," kata Lahur lagi.

Dari mana sikap petualang itu muncul dalam dirinya?

"Saya anak sulung dari lima bersaudara. Besar di Jakarta. Ayah saya sendiri waktu muda suka bertualang. Dia lahir di  Flores dan berpindah-pindah tempat di Indonesia untuk mengejar pendidikan, sampai akhirnya menetap di Jakarta. Mungkin secara tidak sadar saya mewarisi semangatnya dalam hal bertualang mengejar pendidikan. Saya sudah berkeluarga, istri satu, anak satu. Keluarga kecil ini juga memudahkan kami untuk berpindah negara. Namun, sekarang saya berharap tidak perlu pindah-pindah lagi," kata Lahur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com