Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Calon Serdadu Bocah ISIS

Kompas.com - 07/11/2014, 08:32 WIB

"Saya tidak akan bersedih jika ia membunuh orang Barat. Saya justru malu bahwa anak-anak saya yang lain kerja biasa saja, mereka harusnya mengangkat senjata."

Wartawan BBC menanyakan, bagaimana perasaanya nanti, andai anaknya terbunuh saat bertempur untuk ISIS?

Dia termangu. "Saya akan sangat bahagia, " jawabnya, lalu menundukkan kepalanya dan kemudian menangis tersedu.

Masa lugu yang terampas

Sebuah laporang PBB bulan lalu mengungkap, ISIS melakukan perekrutan secara luas di kalangan anak-anak, dan sering dengan paksaan.

Sebuah video yang diposting online, dijuduli "Anak-anak Negara Islam (ISIS)," mempertontonkan batalion bocah mengenakan baju militer, menenteng senjata dan berdiri di samping sebuah bendera hitam ISIS.

Banyak kelompok jihad lain menggunakan tentara anak-anak.

Human Rights Watch belum lama ini melaporkan bahwa para prajurit bocah itu digunakan sebagai pelaku bom bunuh diri dan penembak jitu.

Di kota Gaziantep, Turki selatan, BBC bertemu seorang aktivis masyarakat sipil Suriah yang dua adiknya, berusia 13 dan 15 tahun, menjadi korban upaya penggalangan Jabat al-Nusra, cabang Al Qaeda di Suriah.

Mohamed, 21 tahun, memperlihatkan video adik bungsunya yang menembakkan artileri berat dengan sekelompok militan.

Dalam gambar lainnya, ia berpose dengan menggenggam senapan mesin.

"Saya mencoba untuk mencegah adik-adik saya bergabung Al Nusra tapi mereka tidak peduli perasaan saya," katanya.

"Mereka harusnya sekolah. Tapi Al Nusra memberikan sekitar dollar AS 100 per bulan bagi anak-anak yang bertempur bersama mereka. Dan mereka memberikan pelatihan senjata di sebuah kamp. Masa kanak-kanak mereka telah dirampas."

Cita-cita pilot

Kedua adiknya baru-baru ini ditangkap oleh ISIS. Mohamed takut mereka akan segera membelot dari Al Nusra untuk bergabung dengan ISIS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com