Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Calon Serdadu Bocah ISIS

Kompas.com - 07/11/2014, 08:32 WIB

"Saya tidak ingin bermain dengan teman-teman atau bersenang-senang. Allah memerintahkan kita untuk bekerja dan berjuang demi kehidupan berikutnya kelak –agar masuk surga.

“Dulu saya sering pergi ke taman atau pantai.”

"Tapi kemudian saya menyadari saya salah. Kini saya sudah berada di jalan yang benar."

'Kekuatan jahat'


Keluarganya sekarang tinggal di Turki. Apakah dia akan melancarkan serangan di Turki, atau di Inggris misalnya?

"Inggris harus diserang karena anggota NATO dan menentang ISIS," katanya. "Tetapi kami hanya akan membunuh mereka yang layak dibunuh. Jika ISIS meminta saya untuk menyerang Turki dan memberi saya perintah suci, saya akan melakukannya. Tak lama lagi Barat akan musnah."

Di rumah, ia dan ibunya, yang ingin dipanggil Fatima, menjalani hidup yang saleh.

Dia menghabiskan waktunya membaca Alquran dan mengaku sangat bersimpati pada kaum militan.

Tahun lalu, ia mengirim anaknya untuk mendapat pelatihan di kelompok Sham al-Islam - tapi menyangkal telah mencuci otak anaknya. "Saya tidak pernah mendorong dia untuk bergabung dengan ISIS," katanya.

"Beberapa keyakinan ISIS, saya dukung, tetapi beberapa tidak saya dukung. Tapi menurut saya, mereka bermaksud membantu rakyat Suriah -tidak seperti kekuatan jahat di seluruh dunia"

Pemimpin Masa Depan

BBC bertanya, kalau memang tidak mendorong anak itu, untuk bergabung ISIS, apa yang ia lakukan untuk menghentikan anaknya dari kehilangan masa kecilnya oleh kekerasan dan ekstremisme?

"Saya tak akan bisa mencegahnya jika ia ingin bertempur," katanya.

"Perang membuat anak-anak tumbuh dengan cepat, saya ingin dia menjadi pemimpin masa depan, seorang amir."

Suaranya makin dalam, matanya menyipit oleh kemarahan di balik syal yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com