Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes Palestina: Tak Ada Perang di Gaza, yang Ada Pembantaian

Kompas.com - 16/07/2014, 16:54 WIB

Bagaimana mungkin kami mau membahayakan Israel? Listrik yang kami butuhkan datangnya dari Israel. Obat-obatan yang kami butuhkan, datangnya dari Israel. Makanan yang kami beli untuk Gaza juga datang dari Israel. Bagaimana mungkin kami ingin membahayakan Israel? Sudah berapa orang yang terbunuh dalam lima tahun terakhir? Tidak ada alasan.

Izinkan saya mundur sedikit, latar belakang dari agresi ini adalah kegagalan dari pendamaian. Semua tahu bahwa otoritas Palestina selama ini mencoba melakukan pembicaraan damai dengan Israel untuk menyepakati perdamaian yang permanen. Karena inti dari konflik ini adalah okupansi militer yang dilakukan Israel sejak 1967. Seluruh dunia mengatakan bahwa solusinya adalah menciptakan dua negara yang hidup damai berdampingan. Ada beberapa kendala, pertama adalah di mana batas negaranya? Kami mengatakan, batas negaranya mengikuti kondisi tahun 1967, sebelum Israel mengokupansi wilayah itu. Menurut batasan ini, Palestina adalah Gaza, Tepi Barat, dan Jerusalem. Itu basis fundamental dari kesepakatan damai. Namun, meski diterima seluruh dunia, Israel menolak mengakui batasan ini.

(John) Kerry (Menlu AS) sudah memberikan dukungan luar biasa, dengan negosiasi berkelanjutan selama sembilan bulan, tetapi tidak menemukan kesepakatan. Sementara itu, Israel terus membangun permukiman di Tepi Barat. Ini sebenarnya tujuan utama Israel. Tujuan utama Israel bukan di Gaza, tetapi membangun permukiman di Jerusalem dan di Tepi Barat. Jadi mereka ingin mengalihkan seluruh perhatian dunia ke Gaza, daripada membicarakan tentang pembangunan permukiman mereka di tanah yang dirampas di Tepi Barat. Jadi, selama pendudukan ini terus terjadi, lingkaran kekerasan akan terus berulang. Mengapa mereka menyerang Gaza? Karena kami juga telah mencapai rekonsiliasi damai antara Hamas dan Fatah. Saat ini, tidak ada pemisahan lagi di Palestina. Hanya ada satu pemerintahan, satu  presiden, dan satu institusi di Palestina, beserta berbagai partai politik, yang akan bersiap menghadapi pemilihan umum pada Januari untuk memilih anggota parlemen dan presiden. Kami mulai bersatu, dan ini yang tidak diterima oleh Israel. Mereka ingin menyerang Gaza dan mencoba menganggap Hamas berbeda sendiri, menciptakan perang antara Israel dan Hamas saja. Ini adalah perang antara pasukan Israel melawan seluruh Palestina, bukan hanya Hamas, dan bukan hanya Gaza.


Masyarakat Indonesia sangat terdorong untuk membantu rakyat Palestina. Ada yang memberikan uang mereka, ada yang memanjatkan doa, ada yang ingin datang dan membantu perjuangan di sana. Apa saran Anda untuk mereka?

Saya merasa terharu dengan perhatian yang diberikan rakyat Indonesia, siapa pun mereka. Pria, wanita, siapa pun. Ini sangat penting bagi kami. Seperti yang sudah saya katakan, ini bukan konflik militer. Maka, dukungan Indonesia di sini mungkin sebaiknya berbentuk dukungan politis dan kemanusiaan.

Ini juga yang selama ini dilakukan Pemerintah Indonesia. Kita semua tahu bahwa Indonesia memiliki posisi penting dalam kancah perpolitikan dunia untuk berperan dan bersuara untuk membantu posisi kami. Ini juga telah dilakukan.

Sekadar mengingatkan, saat kami mengajukan keanggotaan di PBB, Pak Marty Natalegawa, sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia, dengan perintah Presiden Yudhoyono, datang sendiri ke New York untuk mendukung draf resolusi yang berisi permintaan keanggotaan kami. Ini adalah bantuan yang sangat besar karena di situ Indonesia sekaligus mewakili 56 negara lain, yang sebagian besar di antaranya adalah negara non-blok dan negara Muslim. Jadi Indonesia bisa membantu dengan memobilisasi dukungan di negara –negara ASEAN secara politis maupun diplomatis.

Indonesia juga bisa mendukung melalui OIC, di mana Indonesia punya pengaruh besar pada organisasi berpenduduk Muslim. Indonesia juga berpengaruh di kelompok negara G-77 dan negara-negara non-blok. Di tiga kelompok ini, Indonesia sudah berperan, dan kami pun berkoordinasi penuh di New York, Jeddah, dan lainnya. Itu faktanya.

Baru dua bulan lalu, Indonesia membentuk konferensi bernama CEAPAD, yaitu konferensi  negara-negara Asia Timur untuk pembangunan Palestina. Pembangunan Palestina adalah suatu proses yang panjang, di mana negara-negara tadi telah mendeklarasikan dukungan mereka untuk membangun institusi dan ekonomi kami. Kami telah mengadakan Expo Palestina pertama di Borobudur, di mana kami mulai bisa merencanakan untuk mengekspor komoditas kami, khususnya dalam bidang agrikultur, dan produk industri lain untuk memasuki pasar Indonesia.

Jadi bantuan politis sudah memadai?

Begitu besar bantuan politis, ekonomi, dan kemanusiaan. Baru kemarin kabinet memutuskan untuk mengirimkan bantuan tunai sebesar 1 juta dollar AS dalam bentuk bantuan medis yang akan disiapkan oleh Kimia Farma. Ini sangat penting. Tidak hanya jumlah uangnya, tetapi bahwa ini berasal dari masyarakat Indonesia. Bayangkan, betapa besar dampaknya saat obat-obatan tersebut tiba di Gaza, dan mereka menyadari bahwa obat-obatan itu datang dari Jakarta, yang 14.000 kilometer jauhnya. Bayangkan sokongan moral yang didapatkan oleh warga kami bahwa mereka tidak sendirian. Kekuatan kami datang dari bantuan dan dukungan yang kami dapat dari warga biasa di Indonesia, dan ini sangat besar.

Kami sangat tersentuh dengan mereka yang memberikan dukungan melalui Facebook, mereka yang datang ke kedutaan, yang menelepon karena ingin menyumbangkan uangnya. Kepada mereka semua, saya katakan bahwa mereka bisa koordinasikan bantuan apa pun melalui kedutaan. Mereka bisa menelepon kami kapan pun mereka mau.

Kami juga memiliki gerakan Persahabatan Indonesia – Palestina yang diketuai seseorang yang sangat dihormati, Pak Profesor Din Syamsuddin, yang juga Ketua Muhammadiyah. Selama bertahun-tahun dia dipercaya untuk membantu mengirimkan bantuan kemanusiaan. Sebagian besar kebutuhan pangan, dan obat-obatan, melalui organisasi internasional, melalui sistem dalam PBB, lewat UNRWA, badan pemberi bantuan yang paling berperan bagi masyarakat Gaza dalam menyalurkan bantuan. Itu adalah organisasi yang sangat transparan, akuntabel, dan dapat diandalkan. Karena terus terang, di luar itu, kami tidak bisa benar-benar yakin. Kami tidak bisa benar-benar yakin bahwa bantuan sampai ke tangan yang tepat.
 
Terkait pemberian bantuan yang tidak terorganisasi dengan baik, apa pendapat Anda?

Situasi di Gaza sangat unik. Perbatasan antara Mesir dan Gaza tidak selalu bebas untuk dilalui. Kami harus terus mengorganisasi bantuan-bantuan ini agar bisa masuk ke Gaza tepat waktu dan sesuai prioritas. Karena kebutuhan selalu berbeda-beda.

Hari ini contohnya, kami baru mendapat kabar dari menteri kesehatan kami tentang kondisi terakhir di Gaza, dan obat apa yang dibutuhkan saat ini. Kami selalu membutuhkan obat-obatan, tetapi tidak sembarang obat-obatan, tetapi obat-obatan yang memang dibutuhkan, dan pasokannya sudah menipis. Kondisi saat ini, ada 1.000 korban luka dalam sehari, ini jauh di atas kemampuan kami. Itu sebabnya kami harus mengevakuasi beberapa di antaranya ke Mesir, untuk mendapatkan perawatan yang layak.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com