Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes Palestina: Tak Ada Perang di Gaza, yang Ada Pembantaian

Kompas.com - 16/07/2014, 16:54 WIB

Jadi saya sarankan bagi teman-teman kami di Indonesia, berbaik hatilah pada saudara-saudarimu di Palestina. Berdoalah bagi mereka apabila memungkinkan. Kalau mampu, akan baik sekali bila bisa menyumbangkan sesuatu, melalui jalur-jalur yang saya katakan tadi. Kami juga terus membutuhkan dukungan moralmu dengan mengangkat suara dalam masyarakat, dalam demonstrasi damai, biar dunia tahu bahwa Indonesia tidak menyetujui agresi ini, dan bahwa sampai saat ini tidak menerima pendudukan militer di mana pun.

Sejak zaman Soekarno, hingga saat ini, Indonesia selalu mendukung kami. Kenapa? Karena ini adalah permasalahan keadilan. Ini bukan konflik agama, bukan masalah perselisihan batas wilayah dua negara. Ini masalah nasionalisasi, kemerdekaan, dan keadilan. Itulah mengapa kami  dalam konsensus dengan Indonesia. Seluruh Indonesia, seluruh partai politik di Indonesia setuju. Alhamdullilah. Baik itu Muslim, Kristen, Buddha, semua di Indonesia mendukung Palestina. Saya bisa katakan, banyak sekali umat Kristen yang ingin membantu kami. Ada cara lain juga untuk membantu kami, yaitu dengan berinteraksi dan bekerja sama dengan kami. Berinteraksilah dengan kami dalam perdagangan, dalam pendidikan, dalam pariwisata. Tahun lalu saja ada 50.000 warga Indonesia yang berangkat ke Palestina. Mereka berkunjung ke Yerusalem, berkunjung ke Bethlehem, dan Hebron. Kami  ingin melihat angka ini bertumbuh. Ini membantu ekonomi kami, sekaligus membuat mereka mengenal langsung bagaimana situasi yang sebenarnya di sana. Saya juga ingin mengajak media untuk melihat langsung ke lokasi karena mengalaminya langsung berbeda dengan mendengarnya dari orang lain.
 
Jadi Gaza membutuhkan bantuan, tetapi pastikan bantuan disalurkan melalui saluran yang tepat. Itukah pesan Anda?

Mohon lakukan itu. Pemerintah Indonesia juga akan dengan senang hati menyalurkan bantuan ini. Kami pun dari kedutaan siap untuk membantu menyalurkan bantuan yang ingin anda sampaikan. Gerakan Persahabatan Indonesia – Palestina yang dikepalai Pak Din Syamsuddin juga sudah bekerja dengan sangat baik dalam menyalurkan bantuan.

Saya bisa sarankan ke 3 saluran itu. Namun bila melalui saluran lain, saya tidak bisa berkomentar, tetapi saya pun tidak dapat menjamin bantuan tersebut akan tiba ke tangan yang tepat. Tentu saja ada saluran lain, ada organisasi kesehatan lain juga, seperti Mer-C yang membangun rumah sakit. Mungkin sekarang sudah selesai, meski merupakan proyek lama. Namun saluran-saluran seperti itu, baik dari pemerintah, maupun internasional sangat transparan dan akuntabel, sehingga siapa pun yang ingin menyumbang, mereka akan pastikan sumbangan itu sampai kepada mereka yang membutuhkan.

Banyak warga Indonesia yang berpikir ini perang antara dua agama. Mungkin Anda bisa meluruskan apakah ini perang antar-agama, atau penjajahan wilayah?

Dalam politik, seorang politisi akan menggunakan isu agama. Bahkan terkadang saat pemilu, isu agama akan dibawa-bawa. Jadi Anda bisa bayangkan. Saat gerakan zionis memulai proyek pembentukan wilayah Israel, mereka menggunakan isu agama dengan mengatakan adanya kerajaan bagi bangsa Yahudi 3.000 tahun lalu.

Ini cara gerakan zionis yang sebenarnya sekuler, membawa isu agama untuk meyakinkan bangsa Yahudi untuk bermigrasi ke Palestina. Di Palestina hanya ada 30.000 warga Yahudi saat deklarasi Balfour itu dicanangkan. Ini proyek kolonial yang tanpa bantuan Inggris, mungkin kita tidak akan pernah melihat adanya negara Israel di Palestina. Mereka berpikir untuk membangun permukiman Yahudi di Palestina karena adanya gerakan anti-semit di Eropa, bukan karena ada gerakan anti-semit di Timur Tengah, negara-negara Arab, atau negara-negara Muslim. Jadi ada dimensi agama dalam gerakan politis bernama zionis.

Namun, konflik yang terjadi sekarang adalah antara pihak yang menjajah dengan yang terjajah. Ini proyek kolonialisasi yang harus berakhir. Itu sebabnya kami meminta nasionalisasi dan kemerdekaan. Persis seperti yang terjadi di Indonesia. Apa yang terjadi di Indonesia bukanlah perang antara Kristen Belanda dengan Muslim Indonesia, tetapi upaya kolonialisasi dari sebuah negara. Begitu perang ini berakhir, hubungan kalian pun kini sangat baik satu sama lain. Itulah yang kita bicarakan. Kalau pendudukan ini berakhir besok, maka kami menawarkan solusi dua negara dijalankan. Apa maksudnya? Bahwa Palestina akan hidup berdampingan dengan Israel. Kedua negara ini harus memperbaiki hubungan dengan saling mengakui keberadaan satu sama lain. Inilah yang dikatakan negara-negara Arab, bahwa apabila ini berhasil dilakukan, maka Israel akan memiliki hubungan diplomatik yang normal dengan semua negara tetangganya. Bahkan OIC sudah mengatakan hal yang sama, juga Indonesia. Apabila besok sebuah negara yang berdaulat dan merdeka berdiri di Palestina, maka tidak akan ada masalah antara Indonesia dan Israel sama sekali. Jadi di mana pula dimensi agama dalam masalah ini?

Apabila seluruh umat Muslim di dunia melawan Israel, maka Israel sudah lenyap dari muka bumi. Ada 1,5 miliar warga Muslim di seluruh dunia. Jadi justru warga Muslim tidak melihatnya dari dimensi agama. Tetapi tentu saja setiap umat muslim berhak marah saat Palestina terusik karena situs suci agama Islam terletak di sini di bawah pendudukan. Umat Muslim tak akan membiarkan Masjid Al Aqsa berada di bawah pendudukan. Ini kiblat pertama bagi umat Muslim, bahkan sebelum Mekkah. Ada Al Haram Ibrahimi di Hebron, ini situs Abraham. Ini adalah situs suci yang dimiliki oleh setiap Muslim, termasuk di Indonesia.

Jadi setiap ada serangan atas Palestina dan situs ini oleh Israel, tentu berdampak pada semua Muslim di seluruh dunia. Saya ingatkan, satu fakta. OIC, yang merupakan Konferensi Negara Islam, dibentuk karena ada 1 atau 2 warga Israel yang menyebabkan kebakaran di masjid Al Aqsa. Ini membakar perasaan seluruh umat Muslim, hingga mendorong dibentuknya OIC. Jadi bayangkan betapa pentingnya ini bagi umat Muslim.

Israel selalu mengatakan bahwa Jerusalem adalah ibu kota abadi Israel. Ini artinya mereka mengabaikan hak umat Muslim, karena Jerusalem pun diduduki oleh mereka. Itu juga yang membuatnya seperti memiliki dimensi agama. Bangsa Israel yang ingin membuatnya terlihat seperti konflik antara Muslim dan Yahudi, sehingga mereka bisa menyertakan dunia Barat untuk mendukung mereka. Mereka bisa membawa Eropa dan Amerika Serikat untuk mendukung mereka sehingga ini seakan menjadi konflik antara mereka dan kita. Antara dunia Barat dan segala idealismenya, melawan umat Islam yang primitif, oriental, dan teroris. Itu sebenarnya agenda Israel untuk memosisikan konflik ini.

Bagi kami, bukan itu. Kami mencari dukungan. Lihat siapa yang mendukung Palestina. Apakah hanya negara Muslim? Tidak. Lihat di PBB, lihat Vatikan, Sri Paus ada di Palestina, dan tidak ke Israel. Dia berangkat dari Amman, lalu terbang dengan helikopter ke Bethlehem. Ia tidak menganggap Bethlehem sebagai bagian dari Israel. Jadi ini posisi dari Sri Paus, dan Gereja Katolik. Bagaimana pula ini hanya menjadi masalah bagi umat Muslim?
 
Saat isu agama yang dibawa, fokus masyarakat beralih dari apa yang sebenarnya terjadi di Tepi Barat?

Tepat sekali. Mereka ingin membuat konteks konflik ini sangat terbatas, bahwa masalah mereka hanyalah Gaza, dengan sebuah organisasi bernama Hamas. Pertanyaannya begini: Hamas dibentuk tahun 1989, lalu mengapa Israel sudah menduduki Palestina sejak 1948? Apa alasan mereka pada saat itu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com