Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duka Dunia untuk Gabriel Garcia Marquez

Kompas.com - 19/04/2014, 11:09 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Selama bertahun-tahun, Garcia Marquez tak bisa mendapatkan visa kunjungan ke Amerika Serikat, tetapi para pemimpin negara, termasuk Amerika, terus mendekatinya. Bill Clinton dan Francois Mitterand adalah dua di antara presiden yang menjadi temannya.

Tak hanya fiksi

Bersama Norman Mailer dan Tom Wolfe, Garcia Marquez adalah pelaku awal penulisan nonfiksi sastra yang kemudian dikenal sebagai "new journalism". Jejak jurnalisme sastrawinya berupa karya-karya seperti Story of A Shipwrecked Sailor, yang bertutur tentang kehidupan pelaut yang bertahan hidup selama 10 hari terombang-ambing di lautan.

Tulisan lain non-fiksi Marquez adalah profil pemimpin Venezuela, Hugo Chavez. Dia menggambarkan dengan sangat jelas tentang Pablo Escobar yang menyobek tatanan sosial dan moral di tanah kelahirannya, Kolombia.

Pada 1994, Garcia Marquez mendirikan Iberoamerican Foundation for New Journalism, yang membuat pelatihan dan kompetisi untuk meningkatkan standar jurnalistik naratif dan investigatif bagi para wartawan di seantero Amerika Latin. "Dunia telah kehilangan salah satu penulis terbesar yang visioner dan salah satu favorit saya saat saya muda," kata Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Garcia Marquez lahir di Aracataca, sebuah kota kecil dekat pantai Karibia, Kolombia, pada 6 Maret 1927. Ia adalah anak tertua dari 11 anak-anak Luisa Santiaga Marquez dan Gabriel Garcia Elijio, pengirim kawat dan apoteker homeopati yang suka mengembara, yang juga adalah ayah dari setidaknya empat anak-anak di luar pernikahannya.

Saya adalah wartawan

Sesaat setelah lahir, Marquez dititipkan kepada kakek dari pihak ibu yang kemudian pindah ke Barranquilla untuk membuka apotek. Cerita tentang kakek-neneknya merupakan inspirasi dari cerita fiksi "Macondo", dan Arataca menjadi rujukan lokasi novel yang sama. Sebuah desa dikelilingi perkebunan pisang, yang kemudian juga menjadi latar novel One Hundred Years of Solitude.

"Saya sering diberi tahu oleh keluarga bahwa saya mulai menceritakan banyak hal, cerita dan sebagainya, sejak mulai bisa bicara," kata Garcia pada suatu ketika dalam sebuah wawancara. Menjalani pendidikan di sekolah berasrama, dia menjadi bintang kelas dan sekaligus pembaca yang rakus, dan menggemari karya-karya Hemingway, Faulkner, Dostoevsky, dan Kafka.

Karya pertama Marquez adalah cerita fiksi pendek untuk koran El Espectator, pada 1947. Meski dipaksa ayahnya belajar ilmu hukum, kebosanan mengantarkan Marquez mendedikasikan diri untuk jurnalisme.

Namun, haluan tulisannya adalah pandangan politik kiri. Pembantaian di dekat Aracataca pada 1928 dan pembunuhan kandidat presiden dari sayap kiri, Jorge Eliecer Gaitan, pada 1948, sangat memengaruhi gaya tulisan Marquez sesudahnya.

Sempat tinggal beberapa tahun di Eropa, Marquez kembali ke Kolombia pada 1958, menikahi Mercedes Barcha yang adalah anak tetangganya sejak kecil. Pasangan ini memiliki dua anak. Pada 1981, dia meninggalkan Kolombia setelah dituduh bersimpati kepada pemberontak M-19 dan mengirimkan sejumlah uang untuk gerilyawan Venezuela. Mexico City menjadi tempat tinggal dia berikutnya sampai meninggal.

Pada 1976, Marquez pernah terlibat perseteruan terkenal dengan penulis Peru, Mario Vargas Llosa. Mereka adu tinju di luar bioskop di Mexico City, dan pada sebuah kesempatan, alasan perkelahian itu pernah dibahas secara terbuka. "Seorang pria hebat telah meninggal. Karya-karyanya telah membuat sastra kita menjadi besar dan bergengsi," ujar Vargas Llosa, Kamis, dalam wawancara televisi.

Melewati kemiskinan hingga sebagian besar masa dewasanya, Marquez sedikit berubah oleh ketenaran dan kekayaan pada kemudian hari. Namun, dia adalah tuan rumah yang ramah bagi tamu-tamunya, yang dengan penuh semangat menceritakan kisah-kisah panjang untuk para tamu.

Garcia Marquez menolak tawaran menjadi duta besar, juga menolak untuk dicalonkan sebagai presiden Kolombia. Namun, dia terlibat dalam upaya mediasi Pemerintah Kolombia dan pemberontak sayap kiri.

Pada 1998, dalam usia 70-an tahun, dia mewujudkan impian seumur hidup dengan membeli saham mayoritas sebuah majalah berita Cambo di Kolombia, memakai uang dari hadiah Nobel-nya. Pada tahun berikutnya, dia terserang kanker getah bening. Hingga jatuh sakit, dia masih berkontribusi besar bagi majalah itu.

"Saya adalah jurnalis. Saya selalu adalah seorang wartawan," kata Marquez pada suatu ketika kepada Associated Press. "Semua buku saya tak mungkin saya tulis jika saya bukan wartawan karena semua bahan (buku itu) berasal dari kejadian nyata."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com