Dini hari, kelompok SAR Indonesia bertemu dengan kapal Angkatan Laut di lepas pantai Jawa dan para pencari suaka tersebut diserahkan.
Salah satu awak Indonesia menyatakan bahwa Angkatan Laut Australia membakar kapal yang dinaiki pencari suaka setelah menjemput mereka.
Tindakan mengembalikan pencari suaka ke pihak berwenang Indonesia setelah diminta membantu menyelamatkan hanya terjadi satu kali selama enam tahun pemerintahan Australia di bawah Partai Buruh.
Saat ini, pemerintahan Australia dipimpin oleh pihak koalisi, yang memenangkan pemilihan umum tanggal 7 September lalu.
Kapal pencari suaka yang berisi 46 orang itu awalnya melakukan panggilan darurat (distress call). Suyatno, kepala operasional kantor Basarnas Jakarta, menyatakan bahwa Basarnas tidak memiliki kemampuan mencapai kapal tersebut. Angkatan Laut Australia pun mencegat kapal itu dan memberi tahu Basarnas bahwa mereka akan mengantar para pencari suaka kembali.
Suyatno berkata bahwa Ia tidak tahu mengapa Australia tidak membawa para pencari suaka itu ke Christmas Island.
Menurut salah satu awak kapal, Azam, kapal itu tidak rusak, meskipun penumpangnya memanggil ke Australia agar mereka diselamatkan. Ia juga berkata bahwa Angkatan Laut membakar kapal tersebut di laut.
Para penumpang dan awak telah dikembalikan ke Indonesia.
Menurut Greg Jennet, Kepala Biro Parliament House ABC, penyelamatan ini tidak serta merta berarti "penghalauan kembali" (turnback) kapal, namun menyiratkan pendekatan yang lebih tegas oleh Australia.