Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Kompas.com - 17/04/2024, 17:56 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber BBC,Reuters,ABC

SEBUAH gambar pita hitam besar terproyeksi di eksterior salah satu gedung ikonik di Australia, Gedung Opera Sydney pada Senin (15/3/2024). Proyeksi gambar itu merupakan bentuk penghormatan bagi para korban penusukan massal di pusat perbelanjaan Westfield Bondi Junction, Sydney, dua hari sebelumnya.

Proyeksi gambar pita hitam tersebut harusnya jadi momentum bagi masyarakat untuk berkabung. Namun, di hari itu di Sydney justru terjadi insiden penusukan baru. Kali  ini menargetkan jemaat jemat Gereja Kristus Gembala Baik yang merupakan denominasi Gereja Ortodoks Asiria.

Seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun menjadi tersangka dalam kasus penusukan itu. Sedikitnya ada tiga korban (seorang uskup, pendeta, dan jemaat gereja) dalam insiden tersebut. Mereka mengalami luka.

Baca juga: Pria Perancis yang Melawan Pelaku Penikaman Massal Sydney Dijanjikan Visa Australia

Kasus itu memperoleh kecaman publik yang luas. Insiden tersebut terjadi di tengah-tengah khotbah yang disiarkan secara langsung. Potongan adegan penusukan segera tersebar ke berbagai penjuru media sosial.

Hanya dalam waktu singkat, sekumpulan besar orang berdatangan ke lokasi. Warga menyorakkan “mata ganti mata” dan mendesak agar pelaku segera “dibawa keluar” dari dalam gereja.

Protes berlangsung berjam-jam dan tidak terorganisir. Lebih dari 100 polisi dari berbagai kawasan di Sydney dialihtugaskan ke lokasi penusukan itu guna menjaga kondisi tetap kondusif.

Amarah warga menjadi-jadi setelah tersebar sebuah video yang menunjukkan pelaku sedang mengkritik ucapan sang uskup terkait agama tertentu, sembari dirinya ditahan oleh para jemaat gereja pasca penusukan. Situasi kian memanas pasca rilisnya pernyataan kepolisian pada keesokan harinya yang menyatakan insiden tersebut sebagai aksi terorisme yang dimotivasi oleh ekstrimisme agama.

Banyak warga menggunakan momentum itu untuk mengutarakan kebenciannya kepada komunitas agama lain. Padahal, kepolisian sendiri tidak pernah memberikan detail terkait agama pelaku.

Uskup yang Jadi Korban Terkenal di Media Sosial

Kekacauan setelah penusukan itu dikatakan terjadi akibat belum meredanya ketegangan masyarakat usai insiden penusukan di pusat perbelanjaan Westfield yang terjadi dua hari sebelumnya. Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, mendesak masyarakat tidak main hakim sendiri.

“Kami memahami kesusahan dan kekhawatiran yang ada di masyarakat, terutama setelah peristiwa tragis di Bondi Junction pada hari Sabtu,” kata Albanese kepada wartawan, merujuk pada pusat perbelanjaan Westfield Bondi Junction.

Kekacauan itu juga terjadi kaena salah satu korban, yaitu Uskup Mar Mari Emmanuel, merupakan figur terkenal di berbagai platform media sosial.

Emmanuel lahir dan besar di Irak dari keluarga kristen yang taat. Dia pindah ke Australia bersama orangtuanya tahun 1980-an. Dia ditabiskan menjadi uskup  tahun 2011. Kini, dia menjadi pemimpin konservatif di gereja yang menjadi lokasi penusukan itu.

Khotbahnya rutin ditayangkan di Facebook dan Youtube milik gereja. Jika dikombinasikan, kedua platform milik gereja tersebut telah memiliki pengikut lebih dari 240.000 orang.

Uskup yang berusia 53 tahun itu mendapat penghargaan dari YouTube tahun lalu atas pencapaiannya mencapai 100.000 subscribers. Di TikTok, ia juga sangat populer dikalangan anak muda. Sebagai figur religius di internet, tentu kritik dan ujaran kebencian juga sudah jadi makanan sehari-harinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com