Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Kompas.com - 17/04/2024, 17:56 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber BBC,Reuters,ABC

Dalam khotbahnya, Emmanuel menyindir isu-isu sekuler, seperti meragukan terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat, mempertanyakan hak-hak kaum gay, hingga mendesak Donald Trump untuk tetap setia kepada Tuhan dan menolak pengaruh Freemason.

Popularitas Emmanuel mencapai puncaknya saat pandemi Covid-19 saat banyak orang beralih ke khotbah Emmanuel yang ditayangkan secara daring. Emmanuel menjadi penentang yang vokal terhadap kebijakan lockdown dan vaksin. Ia menyebutnya perbudakan dan tidak ada gunanya.

Mengapa Dianggap sebagai Aksi Terorisme?

Sempat beredar rumor bahwa aksi penusukan di pusat perbelanjaan Westfield merupakan aksi terorisme. Namun, rumor itu dibantah karena pelaku tidak memiliki motif yang menunjukkan indikasi terorisme. Sementara aksi penusukan di Gereja Asiria dinilai sebagai aksi terorisme.

“Jawaban sederhananya adalah untuk menyebutnya sebagai aksi teroris, Anda memerlukan indikasi, informasi atau bukti yang menunjukkan bahwa sebenarnya motivasinya bermotif agama atau ideologis,” kata Mike Burgess, direktur jenderal Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO) kepada wartawan.

Baca juga: 5 Fakta Penikaman di Gereja Sydney, Pelaku Masih Berusia 15 Tahun

Di Australia, pada dasarnya serangan teroris didefinisikan sebagai “suatu tindakan, atau ancaman untuk melakukan suatu tindakan, yang dilakukan dengan maksud untuk memaksa atau memengaruhi masyarakat atau pemerintah manapun dengan intimidasi, untuk memajukan tujuan politik, agama, atau ideologi.”

Untuk disebut sebagai aksi terorisme, serangan harus menyebabkan kematian atau setidaknya mengancam keselamatan orang lain, kerusakan parah terhadap properti, resiko serius terhadap kesehatan dan keselamatan publik, atau gangguan terhadap telekomunikasi atau jaringan listrik. Di Australia, terbukti memberi dukungan ke teroris juga dianggap sebagai kejahatan.

Kepolisian New South Wales (NSW) mengatakan, keputusan untuk menyebut serangan penusukan di gereja itu aksi terorisme dilandasi oleh ditemukannya unsur-unsur menyangkut aksi ekstrimisme agama dan intimidasi terhadap publik.

“Dengan menghadiri gereja tersebut, saat siaran langsung, mengintimidasi tidak hanya umat yang hadir tetapi juga umat paroki yang menonton secara daring dan seterusnya, orang-orang yang datang ke gereja dari luar dan kerusuhan yang terjadi setelahnya.”

Meski sudah diklasifikasi sebagai aksi terorisme, status ancaman teror Australia kini masih dalam level “possible”. Sebelumnya, Australia sempat dalam status “probable” pada tahun 2014 sebagai dampak munculnya kelompok ekstrimis ISIS di Timur Tengah. Namun, status ini menurun menjadi “possible” tahun 2022.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com