Demi uang dan senjata?
Michal Rozin, Ketua Komite Parlemen Israel untuk Pekerja Asing, mengatakan melalui telepon bahwa Uganda adalah salah satu negara yang telah sepakat menyerap pendatang yang sebelumnya menetap di Israel. Politisi dari sayap kiri, Meretz, yang merupakan oposisi pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menambahkan bahwa mencuat rumor Uganda menerima kesepakatan itu untuk mendapatkan sejumlah uang dan senjata.Sejauh ini, belum ada tanggapan dari Kampala. Sementara tanpa menyebutkan secara spesifik nama negara tertentu, Koran Haaretz mengatakan beberapa negara yang bersedia menerima "buangan" migran dari Israel akan mendapatkan senjata artileri, mortir, dan peremajaan armada pesawat tempur."Pemerintah telah membuat kesepakatan dan jaksa agung menyetujui itu sehingga bisa diimplementasikan," kata Rozin pada Reuters. Dia mendesak pemerintah untuk mengekspos rincian lebih lanjut dari rencana tersebut, termasuk apakah ada jaminan bahwa para migran bukan secara paksa dipulangkan ke Sudan atau Eritrea. "Kita tahu (pemulangan ini) berisiko banyak buat mereka," kata dia.Kelompok hak asasi manusia mengatakan, Israel telah memenjarakan ratusan migran asal Afrika dan telah mengambil langkah-langkah lain sebagai taktik tekanan untuk membuat para migran mau meninggalkan Israel. Diyakini beberapa ribu migran telah meninggalkan Israel sejak disahkannya sebuah UU pada 2012 yang memberikan kewenangan kepada pihak keamanan memenjarakan selama tiga tahun para migran tanpa izin tinggal. Informasi ini disampaikan Sigal Rozen, Koodinator Kebijakan pada Hotline for Migrant Worker.Pada Juli 2013, misalnya, 14 pendatang dari Eritrea dipulangkan setelah masing-masing menerima 1.500 dollar AS dari Pemerintah AS. HMW mengecam pemulangan itu sebagai pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia karena memulangkan para pendatang ke negara yang memiliki catatan buruk soal hak asasi manusia.