Salin Artikel

Banyak Negara Maju Masih Kampanyekan Etika di Ruang Publik

Perilaku tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada kerusakan fasilitas publik atau mengotori lingkungan.

Hal-hal itu tidak hanya dilakukan oleh masyarakat biasa, tetapi juga segelintir Selebgram saat diminta untuk memperkenalkan MRT kepada para followers-nya.

Foto mereka diunggah ke media sosial dan viral di media sosial. Dalam hitungan singkat, banyak komentar bernada negatif dilayangkan.

Sebagian dari mereka menyayangkan kemajuan moda transportasi yang ada tidak dibarengi dengan kemajuan etika masyarakatnya.

Namun, sebenarnya permasalahan etika di ruang publik seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia yang notabene baru memiliki moda transportasi semacam ini.

Jepang dan Hong Kong yang dikenal sebagai negara dengan kemajuan teknologi dan ekonomi juga masih mengampanyekan soal etika kepada pengguna MRT atau fasilitas publik lain. Padahal, selama ini warga Jepang dan Hong Kong dikenal tertib.

Operator fasilitas publik masih mengampanyekan etika yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta baik dan tidak baik dilakukan di ruang publik atau fasilitas umum.

Hal ini seperti memperlihatkan bahwa etika bukan hanya menjadi masalah dan perhatian di Tanah Air, melainkan juga negara maju.

Jepang

Negara yang dikenal dengan warganya yang tertib ini ternyata memiliki program kampanye khusus di bidang etika, khususnya untuk kawasan ibu kota, Tokyo.

Tokyo Good Manners Project (TGMP) adalah program yang dibuat sejak 2016. Program dibuat untuk memperkenalkan cara-cara baru dalam meningkatkan etika hidup di Tokyo sebagai kota metropolitan.

Misalnya, kebiasaan saling sapa, tertib berlalu lintas, tertib aturan dan membudayakan antre, menyeberang pada tempat yang telah disediakan, dan sebagainya.

Tujuan dari kampanye ini adalah untuk membuat Tokyo terlihat lebih menarik dengan perilaku masyarakat dan wisatawan yang teratur dan beretika.

Berdasarkan survei yang mereka lakukan, 64,9 persen turis menganggap masyarakat Tokyo memiliki etika yang baik.

Namun, justru hanya 24,6 persen masyarakat Tokyo yang menganggap dirinya demikian, 73,4 persen lainnya tidak menyebut diri mereka memiliki etika yang baik.

Hong Kong

Wilayah otonomi khusus di China ini memiliki peradaban yang begitu maju. Kawasan ini menjadi pusat bisnis dengan pelabuhan-pelabuhan besar dan gedung pencakar langit yang menghiasi langit kota di sana.

Bahkan, Hong Kong mendapat julukan sebagai Manhattan dari Timur.

Meski demikian, Hong Kong memiliki sebuah video kampanye untuk warganya tentang etika saat di kendaraan umum.

Dalam video itu, penumpang yang bertingkah tidak semestinya, seperti meletakkan tas di kursi kosong, mengganggu kenyamanan penumpang lain, atau tidak memprioritaskan penumpang yang lebih membutuhkan, akan mendapat teguran dari penumpang lain.

Setelah ditegur, mereka akan menyadari kesalahannya dan tidak melakukan hal sama, setidaknya di saat itu.

Dari video berdurasi 3 menit ini, ada hal menarik yang bisa dipetik. Ingatkanlah mereka yang salah dengan teguran secara langsung, bukan difoto kemudian disebarluaskan di media sosial.

Karena bagaimanapun, mengingatkan tidak sama dengan mempermalukan.

https://internasional.kompas.com/read/2019/03/26/14030061/banyak-negara-maju-masih-kampanyekan-etika-di-ruang-publik

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke