Salin Artikel

Namanya Jarang Terdengar, Inilah Kisah Para Perempuan Pemimpin Dunia

Perjuangan kaum hawa telah masuk ke dalam peran yang sangat krusial di sebuah negara. Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Kanselir Jerman Angela Markel menjadi yang terpopuler.

Ternyata, masih ada belasan perempuan lainnya memegang pemerintahan negara di dunia yang namanya mungkin jarang terdengar.

Seperti Dalia Grybauskaite, dia merupakan presiden perempuan pertama Lituania dan satu-satunya presiden yang terpilih selama dua periode.

Selain itu, Bidhya Devi Bhandari yang juga presiden perempuan pertama di Nepal.

Berikut sepak terjang beberapa perempuan yang kini menjadi kepala negara dan pemerintah di sebuah negara.

Dalia mendapat julukan Perempuan Baja, lahir pada 1 Maret 1965 di kota terbesar di Lituania, Vilnius.

Selain mencetak prestasi sebagai presiden perempuan pertama di negara Eropa bagian timur laut, dia juga menjadi satu-satunya presiden Lituania yang menjabat selama dua periode.

Dia meraih kursi kepemimpinan pada 2009 setelah memenangkan perolehan suara 68,18 persen, mengalahkan lima kandidat lainnya. Kemudian, dia kembali menjadi presiden lagi pada 2014.

Misi Dalia adalah untuk meningkatkan kekayaan ekonomi negara tersebut. Dia berupaya untuk merangsang ekspor, memotong belanja publik, menerapkan bantuan Uni Eropa yang efisien, dan menawarkan keringanan pajak kepada usaha kecil.

Dalia telah mendorong terciptanya sanksi negara Barat terhadap Rusia dan meminta NATO untuk mempercepat pengambialn keputusan mengenai ekspansi Eropa Timur.

Selain menjadi pemimpin, dia pendukung hak komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender).

Sebelum memimpin Lituania, Dalia merupakan Komisaris Uni Eropa dan bertanggung jawab dalam bidang keuangan dan pendanaan.

Lahir di Gipalganj pada 28 September 1947, Hasina Wajed menjadi Perdana Menteri Bangladesh pada 2009 hingga sekarang.

Dia merupakan anak sulung dari presiden pertama Bangladesh Mujibur Rahman yang dibunuh dalam sebuah kudeta berdarah pada 15 Agustus 1975.

Di tangannya, kekerasan di Bangladesh secara signifikan menurun, politik lebih demokratis, dan pemerintah mengakui kebebasan berpendapat warganya.

Hasina juga memiliki kebijakan yang memungkinkan perempuan Bangladesh untuk bersuara dalam politik dan mendukung hak anak.

Perempuan dari Dhaka itu juga berjanji untuk memberikan bantuan kepada pengungsi etnis Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar.

Hasina memberikan lahan sekitar 800 hektare di Bangladesh untuk menampung pengungsi.

Hingga kini, dia terus mengupayakan kehidupan yang lebih baik bagi penduduk Bangladesh dan membantu negara sahabat.

Mengikuti jejak Dalia, Bidhya Devi Bhandari menjadi presiden perempuan di Nepal. Secara resmi, dia menjabat presiden pada 29 Oktober 2015.

Perempuan yang lahir pada 19 Juni 1961 di Manje Bhanjyang, Bidhya merupakan aktivis hak perempuan yang dipercaya Parlemen Nepal untuk memimpin negara di kawasan pegunungan Himalaya ini.

Bidhya terjun ke dunia politik sejak kematian suaminya, Madan Bhandari, yang juga tokoh pepimpin partai komunis dan terbunuh dalam kecelakaan mobil pada 1993.

Dia juga memimpin unjuk rasa melawan monarki Nepal, Raja Gyanendra, untuk megakhiri kekuasaan otoriternya dan memulihkan demokrasi.

Bidhya kemudian menggantikan Ram Baran Yadav, presiden pertama yang terpilih pada 2008 di Nepal setelah berakhirnya monarki.

Pejuang hak perempuan itu juga berupaya membuat kemajuan di Nepal dengan mendorong komposisi parlemen. Perempuan wajib mengisi sepertiga dari seluruh kursi parlemen Nepal.

Lahir dengan nama Veronica Michelle Bachelet Jeria pada 29 September 1951, dia merupakan perempuan pertama yang menjabat sebagai presiden Chile.

Mulai menjabat pada 11 Maret 2006, Michelle kembali terpilih menjadi presiden dan dilantik pada 11 Maret 2014.

Dalam pemerintahannya, Chile mengeluarkan undang-undang untuk melegalkan pernikahan sesama jenis dan mendukung hak reproduksi.

Tak hanya itu, dia juga mengantarkan Chile sebagai negara yang memiliki pembangkit energi panas bumi pertama di Amerika Selayan, dan membangun cadangan laut seluas 286.000 mil persegi di sekitar Pulau Paskah untuk melindungi spesies endemik.

Namun, Michelle sempat didera skandal korupsi yang mengancam integritasnya pada awal 2015.

Putranya, Sebatian Davalos, dituduh telah menggunakan pengaruhnya untuk membantu istrinya mendapatkan pinjaman dari bank senilai 10 juta dollar Amerika Serikat guna membeli tanah demi mendapat keuntungan.

Jabatan Michelle sebentar lagi akan berakhir. Posisinya akan digantikan oleh miliader konservatif Sebastian Pinera setelah menang dalam pemilihan presiden Desember lalu.

Sebastian juga pernah menjabat presiden Chile pada 2010 hingga 2014.

Lahir pada 26 Juli 1980 di Hamilton, Jacinda menjadi perdana menteri termuda dalam 150 tahun terbentuknya Selandia Baru.

Tak hanya itu, Jacinda juga pemimpin perempuan termuda pertama di dunia. Dia terpilih sebagai perdana menteri setelah memenangkan pemilu yang dihelat 23 September 2017.

Pada 2008, dia menjadi kandidat anggota parlemen dari Partai Buruh untuk mewakili distrik Waikato dan terpilih pada usia 28 tahun.

Dari berbagai pidatonya, dia banyak menyuarakan kebijakan penggunaan bahasa Maori di sekolah-sekolah dan mengecam kebijakan pemerintah Selandia Baru kala itu terhadap perubahan iklim.

Dia juga memberi perhatian khusus terhadap seni, warisan dan kebudayaan Selandia Baru. Jacinda bertekad untuk mengentaskan kemiskinan anak-anak.

Pada 18 Januari 2018, dia mengumumkan kehamilannya yang berusia tiga bulan. Dia juga meminta wakil perdana menteri Winston Peters untuk menggantikan posisinya selama enam pekan setelah kelahiran anaknya.

Selain kelimanya, masih ada perempuan pemimpin negara lainnya seperti Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic, Perdana Menteri Romania Viorica Dancila, Perdana Menteri Norwegia Erna Silberg, Perdana Menteri Peru Mercedes Araoz, dan sebagainya.

https://internasional.kompas.com/read/2018/03/08/15230811/namanya-jarang-terdengar-inilah-kisah-para-perempuan-pemimpin-dunia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke