Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkomentar Buruk Terkait Serangan di Mosul, Trump Dikecam Hillary

Kompas.com - 25/10/2016, 16:13 WIB

MANCHESTER, KOMPAS.com - Calon Presiden AS Hillary Clinton mengecam rivalnya, Donald Trump.

Hal itu karena Trump mengatakan, serangan untuk merebut Mosul, Irak, dari milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) berlangsung buruk.

"Dia (Trump) pada dasarnya menyatakan kekalahan bahkan sebelum pertempuran dimulai,” kata Hillary, kandidat dari Partai Republik, seperti dilaporkan Reuters.

“Dia membuktikan kepada dunia apa artinya memiliki seorang komandan tertinggi yang tidak memenuhi syarat," ujar Hillary pada acara kampanye di New Hampshire, Senin (24/10/2016).

Dalam cuitan di Twitter pada Minggu, Trump, Capres Partai Republik untuk Pilpres 8 November 2016, mengatakan "serangan di Mosul telah berubah menjadi sebuah bencana total”.

“Kita memberikan mereka pemberitahuan selama berbulan-bulan. AS tampak begitu bodoh," tambah Trump.

Pasukan Irak dan Kurdi, yang didukung AS, telah melakukan serangan besar di daerah sekitar kota Mosul, yang merupakan benteng terakhir pasukan ISIS di Irak utara.

Sejak serangan itu diluncurkan pada 16 Oktober ini, pasukan Irak dan Kurdi telah merebut kembali sekitar 80 desa dan kota-kota yang dikuasai ISIS, namun belum berpindah ke kota Mosul.

"Jadi sekarang kita terjebak di Mosul. Musuh jauh lebih tangguh daripada yang kita pikir,” kata Trump.

“Mereka punya banyak waktu untuk bersiap-siap. Ini mengerikan, situasi mengerikan ini yang terjadi. Mengapa kita harus memberitahu mereka bahwa kita akan masuk (ke Mosul)?," demikian Trump.

Serangan itu bisa berlangsung selama berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan.

Kelompok ISIS pada Senin melakukan serangan balik di seluruh negeri terhadap tentara Irak dan pasukan Kurdi, mencoba mengalihkan perhatian dari Mosul.

Trump pekan lalu selama debat akhir presiden AS 2016 menuduh bahwa serangan terhadap Mosul yang didukung AS dilakukan untuk membantu Hillary dalam upayanya menuju Gedung Putih.

Dalam waktu lebih dari dua pekan menjelang Pilpres AS, Hillary, mantan Menlu AS itu mengungguli Trump dalam jajak pendapat nasional.

Kedua kandidat telah berfokus pada sekelompok kecil negara bagian yang mengalami "ayunan" politik (swing states), yang menjadi penentu dalam kontes Pilres AS.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com