"Kami yakin banyak kebijakan Barat terhadap Iran dan Suriah membahayakan stabilitas dan keamanan di Timur Tengah," tulis Duta Besar Saudi untuk Inggris, Pangeran Mohammed bin Nawaf bin Abdulaziz, dalam sebuah artikle di New York Times. "Ini sebuah perjudian yang berbahaya, karena itu kami tidak bisa tinggal diam, dan tidak akan berpangku tangan saja," tulisnya.
Kata-kata peringatan yang blak-blakan itu merupakan yang terbaru dalam serangkaian pernyataan terbuka para tokoh senior Saudi dalam mengekspresikan ketidaksenangan mereka dengan sejumlah inisiatif diplomatik AS dan Barat terhadap Suriah dan Iran.
Sampai belum lama ini, para pemimpin Saudi jarang menyuarakan kritik terbuka tentang sekutu Barat mereka dalam kemitraan yang telah berlangsung panjang selama berdekade. Namun keputusan Washington untuk menarik diri dari aksi militer di Suriah dan dukungan bagi kesepakatan nuklir sementara dengan Iran belum lama ini telah mengecewakan kerajaan Saudi yang kaya minyak itu, yang melihat Tehran sebagai saingan regional yang berbahaya.
Nawaf bin Abdulaziz merujuk dukungan Iran bagi rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Duta Besar itu mengatakan, "Ketimbang menantang pemerintah Suriah dan Iran, beberapa mitra Barat kami menolak untuk mengambil sejumlah tindakan yang sangat dibutuhkan terhadap dua negara itu. Barat telah memungkinkan sebuah rezim bertahan hidup dan yang lain melanjutkan program pengayaan uraniumnya, dengan konsekuensi bahaya terjadi pengerahan persenjataan," tulisnya.
Pembahasan diplomatik dengan Iran mungkin "melumerkan" keinginan Barat untuk menghadapi Damaskus dan Teheran, katanya. "Namun berapa harga 'perdamaian' ketika hal itu dibuat dengan rezim semacam itu?"
Akibatnya, Arab Saudi "tidak punya pilihan kecuali harus menjadi lebih tegas dalam urusan internasional: lebih bertekad dari sebelumnya untuk membangun stabilitas asli daerah kami yang memang sangat dibutuhkan."
Kerajaan Teluk itu memiliki "tanggung jawab global," baik politik maupun ekonomi. Duta Besar itu melanjutkan, "Kami akan bertindak untuk memenuhi tanggung jawab ini, dengan atau tanpa dukungan mitra Barat kami."
Dalam tulisannya itu Nawaf bin Abdulaziz juga melancarkan sindiran terhadap Presiden AS, Barack Obama, terkait pernyataan 'garis merah', yang ternyata hanya sebuah gertak sambal saja terhadap Suriah.
Obama telah menggunakan istilah "garis merah" untuk memperingatkan rezim Suriah agar tidak menggunakan senjata kimia. Setelah rezim itu dituduh sudah menembakkan senjata kimia, yang adalah sebuah 'gari merah' dalam istilah Obama, Presiden AS itu mengancam akan melancarkan serangan militer sebagai hukuman. Namun pada akhirnya, Obama justru mengupayakan perjanjian diplomatik di mana Damaskus berjanji untuk menyerahkan semua arsenal berbahan kimia miliknya.
Duta besar Saudi itu mengecam Barat karena keengganannya untuk memberikan bantuan menentukan bagi pemberontak Suriah. Dia berjanji untuk melanjutkan dukungan Saudi bagi Tentara Pembebasan Suriah dan "oposisi Suriah." Dia mengakui adanya ancaman kelompok Al-Qaeda di Suriah. Namun dia berpendapat cara terbaik untuk melawan munculnya ekstrimis di antara para pemberontak adalah mendukung pihak-pihak yang moderat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.