Menurut warta AP, pengunjuk rasa juga berteriak "pembunuh" kepada Al-Bashir. Massa menuntut Al-Bashir yang naik ke tampuk kekuasaan pada 30 Juni 1989 bertanggung jawab terhadap tewasnya para pendemo dalam unjuk rasa sejak beberapa waktu silam. "Polisi Sudan menembakkan gas air mata untuk membubarkan pendemo,"tulis media itu.
Kemarin, empat pengunjuk rasa juga tewas oleh tembakan orang-orang bersenjata. "Jumlah korban tewas terkini ada 33 orang,"kata pernyataan kepolisian Sudan.
Sementara itu, di Distrik Burri, kawasan perumahan pejabat tinggi Sudan, seribu lebih orang berkumpul untuk pemakaman Salah Mudahir Sanhuri. Dokter dari keluarga pedagang terkenal di Sudan ini menjadi korban tewas dalam unjuk rasa.
BHP
Krisis ekonomi tengah melanda Sudan. Negeri di Afrika itu, sejak berpisah dengan Sudan Selatan pada 2011, kehilangan pendapatan utama dari minyak bumi. Jumlahnya bahkan mencapai dua pertiga produksi.
Gara-gara itulah, pemerintah Sudan mengumumkan kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas untuk menstabilkan kondisi keuangan negara. Alih-alih menenteramkan rakyat Sudan, kebijakan itu menuai protes berujung unjuk rasa besar-besaran.
Pada Selasa (24/9/2013), unjuk rasa di kawasan selatan Khartoum berakhir ricuh. Pemrotes bahkan membakar pompa-pompa bensin. Dalam demonstrasi itu 29 orang tewas, seturut catatan polisi.
Perpisahan dengan Sudan Selatan membuat Sudan cuma mampu memproduksi 120.000 ribu barrel per hari (BHP). Sementara, Sudan Selatan malahan mampu memperbesar produksinya dari 225.000 BHP ke 300.000 BHP.
Catatan Dana Moneter Internasional (IMF) pada akhir 2012 menunjukkan kalau minyak menyetor hingga lima persen produk domestik bruto (PDB) Sudan. Padahal, sebelum ada perpisahan itu, sumbangan minyak ke PDB Sudan mencapai 15 persen.