Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Brasil Tolak Tawaran Bantuan Rp 285 Miliar untuk Atasi Kebakaran Hutan Amazon

Kompas.com - 27/08/2019, 18:32 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

BRASILIA, KOMPAS.com - Pemerintah Brasil menolak tawaran bantuan untuk mengatasi kebakaran hutan Amazon dari pihak asing.

Tawaran tersebut datang dari negara-negara anggota G7 yang sepakat memberikan bantuan senilai 20 juta dollar AS atau sekitar Rp 285 miliar untuk mengirim pesawat pemadam kebakaran di Amazon.

"Kita harus mengambil tindakan terhadap kebakaran hutan yang terjadi di Amazon," kata Presiden Perancis, Emmanuel Macron.

Presiden Chili, Sebastian Pinera, selaku tamu dalam pertemuan G7, mengatakan negara-negara di mana hutan Amazon berada sangat membutuhkan pasukan pemadam kebakaran dan pesawat pembom air.

Baca juga: Atasi kebakaran Hutan Amazon, Organisasi Lingkungan AS Janjikan Rp 71 Milliar

Namun pemerintahan Presiden Brasil Jair Bolsonaro menyatakan menolak tawaran bantuan tersebut.

"Kami menghargai (tawaran) itu, namun mungkin sumber daya itu akan lebih tepat jika digunakan untuk reboisasi Eropa," kata kepala staf kepresidenan Brasil, Onyx Lorenzoni kepada situs berita G1, yang dikutip AFP.

"(Presiden) Macron bahkan tidak bisa menghindari kebakaran sebuah gereja situs warisan dunia yang sudah dapat diramalkan terjadinya," tambah Lorenzoni, merujuk pada kebakaran Katedral Notre Dame, pada April lalu.

"Apa yang ingin dia ajarkan kepada negara kami," lanjutnya dalam pernyataan yang telah dikonfirmasi oleh kantor kepresidenan Brasil.

Baca juga: Leonardo DiCaprio Komitmen Sumbang Rp 71 Miliar untuk Hutan Amazon

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Brasil, Ricardo Salles, mengatakan kepada wartawan bahwa mereka menyambut baik adanya bantuan dari G7 untuk menanggulangi kebakaran yang melanda ratusan ribu hektar wilayah hutan Amazon itu.

Namun setelah digelarnya pertemuan antara Bolsonaro dengan para menterinya, sikap pemerintah Brasil berubah drastis.

"Brasil adalah negara demokratis dan bebas yang tidak pernah memiliki praktik kolonialis dan imperialis, yang mungkin adalah tujuan dari Macron," kata Lorenzoni.

Hutan Amazon yang saat ini tengah terbakar sekitar 60 persen wilayahnya berada di Brasil, namun hutan terluas di dunia itu juga menjadi bagian dari delapan negara lain, termasuk Guyana, yang merupakan wilayah luar negeri Perancis.

Macron sebelumnya juga menyebut situasi kebakaran hutan Amazon sebagai krisis internasional dan menjadikannya prioritas pembahasan dalam pertemuan G7 bersama Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat.

Baca juga: Luas Hutan Amazon yang Terbakar di Brasil 28 Kali Luas Jakarta

Presiden Perancis itu juga telah mengancam akan memblokir kesepakatan perdagangan besar antara Uni Eropa dengan Amerika Latin, kecuali Presiden Bolsonaro mengambil langkah serius untuk melindungi hutan Amazon yang terus menyusut akibat penebangan dan pertambangan.

Isu kebakaran hutan Amazon sebelumnya juga telah memicu perseteruan antara presiden Perancis dan Brasil itu.

Bolsonaro menilai pernyataan Macron yang sensasional tentang kebakaran Amazon tidak menyelesaikan masalah.

Dia juga mengkritik keputusan presiden Perancis itu yang membawa isu kebakaran hutan Amazon ke forum G7 tanpa menyertakan negara di mana kebakaran itu terjadi.

Baca juga: Presiden Brasil dan Perancis Bertengkar soal Kebakaran Hutan Amazon

"Saran Presiden Perancis yang hendak mendiskusikannya tanpa menyertakan negara di kawasan merupakan pemikiran kolonial yang tidak bisa diterima di abad ke-21," paparnya.

Presiden sayap kiri itu juga menuding media yang terlalu mengeksploitasi kebakaran demi merendahkan pemerintahannya. "Banyak media ingin Brasil seperti Venezuela," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com