Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/07/2019, 14:51 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam Iran yang mengumumkan bakal melakukan pengayaan uranium sebagai bahan bakar nuklir.

Kepada awak media di Morristown, New Jersey, Trump meminta Iran untuk berhati-hati. "Sebab, mereka melakukannya (pengayaan uranium) untuk sebuah alasan," ulasnya.

"Dan saya tidak bisa menjabarkan alasan itu. Namun tentu saja keputusan itu tidak bagus. Jadi sebaiknya  mereka berhati-hati," terang Trump dikutip AFP Minggu (7/7/2019).

Baca juga: Langgar Aturan Pengayaan Uranium, Iran Bakal Hadapi Sanksi Tambahan dari AS

Sementara Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyatakan Iran bakal menghadapi sanksi tambahan jika ditemukan adanya pelanggaran terhadap perjanjian nuklir 2015.

Dalam kesepakatan yang dibuat di era Presiden Barack Obama itu, terdapat poin Iran hanya boleh melakukan pengayaan uranium di bawah 3,67 persen.

Sebelumnya dalam konferensi pers, Iran menyatakan mereka bakal tidak mengindahkan ketentuan batas pengayaan uranium yang merupakan pelanggaran perjanjian nuklir 2015.

Disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Araqchi, Iran menyatakan mereka masih ingin mempertahankannya. Tapi, mereka menyalahkan negara Barat karena gagal menjalankan komitmen.

Dalam konferensi pers itu, Araqchi menuturkan Iran bakal memproduksi uranium di atas konsentrasi 3,67 persen dalam beberapa jam setelah diumumkan.

Pengayaan itu diperlukan sebagai bahan bakar bagi reaktor pembangkit Bushehr. Sebelumnya, mereka menuturkan bakal memproduksi dengan konsentrasi di atas lima persen.

Meski begitu, juru bicara Badan Atom Iran Behrouz Kamalvandi berujar mereka tidak akan membuat bahan bakar bagi reaktor Teheran yang membutuhkan uranium berkonsentrasi 20 persen.

Araqchi melanjutkan, mereka bakal melanggar peraturan demi peraturan di perjanjian 2015 dalam 60 hari ke depan kecuali negara penandatangan memberikan solusi.

Araqchi merujuk kepada China, Perancis, Jerman, Rusia, dan Inggris sebagai negara peneken perjanjian nuklir di era Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama itu.

"Kami berharap, kami bisa mendapatkan sebuah solusi dalam 60 hari nanti. Kalau tidak, kami akan menempuh langkah ketiga," tegas Araqchi kembali.

Baca juga: Iran Umumkan Bakal Melanggar Perjanjian Nuklir 2015

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com