Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika yang Kaya dan yang Miskin Bersatu demi Air di Venezuela

Kompas.com - 03/04/2019, 11:47 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

CARACAS, KOMPAS.com - Pemadaman listrik yang terjadi di Venezuela membuat warganya kini berada dalam momen menakutkan baru: kelangkaan air besar-besaran.

Tidak adanya air yang mengalir menyatukan semua kasta. Baik yang kaya maupun miskin kini sama-sama mengantre demi air yang hanya dipakai menyiram toilet.

Di perbukitan Petare dekat ibu kota Caracas, kawasan kumuh terbesar di negara itu dengan populasi mencapai 500.000 jiwa, ratusan orang mengantre setiap hari di dua sumur.

Baca juga: Maduro: Kita Menghadapi Monster yang Ingin Menghancurkan Venezuela

Dilansir AFP Rabu (3/4/2019), setiap orang membawa barang apapun yang bisa menampung air; tong, kaleng, botol. Saat tiba gilirannnya, mereka akan menimba sebanyak mungkin.

Tentu, air di sumur itu tidak bisa diminum. Namun, setidaknya warga bisa menggunakannya untuk keperluan lain seperti mandi atau membersihkan toilet.

Selama sebulan terakhir, mati lampu membuat Venezuela kacau-balau karena putusnya listrik di pompa air menyebabkan pasokan air bersih terganggu.

Salah satu warga Ernestine Velasco yang tinggal di Distrik March 24 mengatakan, kehidupan mereka pasca-tak ada air benar-benar mengerikan.

"Tidak ada air, tidak ada listrik, mati lampu, makanannya mulai membusuk, tidak ada kendaraan. Benar-benar buruk," keluh nenek 78 tahun itu.

Selain Velasco, Carmen Moncada mengeluh mereka mengalami kekeringan sehingga berhadap perusahaan air setempat bisa segera memulihkan pasokan.

Sementara Distrik El Valle yang berlokasi agak jauh, penduduk di sana menggali lubang sendiri dan mengambil air untuk keperluan toilet mereka.

Presiden Nicolas Maduro telah memerintahkan sistem penjatahan listrik pada Mei nanti untuk memberi waktu bagi teknisinya memperbaiki gardu yang bermasalah.

Selain itu, Maduro juga menginstruksikan agar jam kerja karyawan dipotong sehingga mereka bisa pulang sebelum gelap, dan sekolah ditutup selama pemadaman berlangsung.

Di taman Caracas, seorang pengacara dari kawasan La Castellana datang dan hendak membeli satu mobil tanker untuk apartemennya.

Baca juga: Venezuela Mati Lampu, Maduro Umumkan Listrik Dijatah

"200 dollar AS (sekitar Rp 2,8 juta) untuk Castellana," ujar sopir truk dengan cepat sembari menunjuk kapasitas 8.000 liter yang dibawanya.

Meski gaji rata-rata di Venezuela adalah 5 dollar AS (sekitar Rp 71.000) per hari, pengacara itu tidak mengeluh atau mencoba menawar.

"Ini adalah harga yang harus kami bayar jika ingin tetap tinggal di Venezuela," kata si pengacara yang menolak memberi identitasnya itu.

Nasib pengacara itu masih lebih baik daripada Carmen Veliz yang tinggal di March 24 yang mengaku air tidak mereka dapat selama "berbulan-bulan"..

"Apa yang pemerintah lakukan? Tidak ada. Mereka tidak akan menolong kami. Tidak ada seorang pun yang akan melakukannya," katanya.

Baca juga: AS Desak Militer Venezuela Lindungi Warga dari Pasukan Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com