Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah yang Tewas Usai Lintasi Perbatasan AS Bermimpi Kirimkan Uang

Kompas.com - 17/12/2018, 16:30 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Asia One

SAN ANTONIO DE CORTEZ, KOMPAS.com - Gadis migran Guatemala berumur tujuh tahun yang tewas usai ditahan karena memasuki perbatasan Amerika Serikat (AS) dilaporkan punya impian.

Diwartakan Reuters via Asia One Senin (17/12/2018), bocah bernama Jakelin Amel Rosmery Caal itu bermimpi untuk mengirimkan uang kepada keluarganya di kampung halaman.

Baca juga: Gadis 7 Tahun Tewas Usai Ditahan karena Masuk AS secara Ilegal

Salah satu kerabatnya menuturkan awalnya Jakelin dan ayahnya, Nery Caal, termasuk dalam 160 migran yang menyerahkan diri kepada petugas perbatasan AS pada 6 Desember.

Namun saat ditahan di Kantor Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai, Jakelin mengalami demam tinggi, dan meninggal dua hari kemudian di Rumah Sakit El Paso, Texas.

Dari hasil pemindaian, diketahui bocah itu mengalami pembengkakan otak serta dia didiagnosis mengalami kerusakan hati.

Ibunya Claudia Maquin berkata, suaminya pergi ke AS pada 1 Desember guna mencari cara mengatasi kemiskinan yang sudah membelenggu hidup mereka.

Jakelin yang tidak pernah melihat negara sebesar AS sangat senang ketika bisa ikut ayahnya. Maquin berujar putrinya sempat berkata jika dia sudah besar dia bakal segera bekerja.

"Jakelin mengatakan dia bakal mengirimkan uang kepada ibu dan neneknya," ujar Maquin pilu menggunakan bahasa Suku Maya, Q'eqchi.

Kakek Jakelin Domingo Caal menceritakan cucunya itu sangat ingin ikut ke AS karena dia tak ingin berpisah dari sang ayahnya.

"Anak itu terus menempel kepada ayahnya. Sangat sulit untuk memisahkan mereka," kata pria berumur 61 tahun tersebut.

Sementara sang paman Jose Manuel Caal mengungkapkan Jakelin sempat sakit sebelum berangkat. Namun, saat itu dia meyakini bakal sembuh.

"Karena itu, kematiannya sangat mengejutkan kami semua," ujar Jose. Kini, yang diinginkan keluarganya adalah supaya Nery bisa bekerja di AS.

Pejabat konsuler Guatemala menuturkan pria 29 tahun itu memberitahunya bahwa dia berencana untuk tinggal setelah menyerahkan diri.

Kematian Jakelin membuat pemerintahan Presiden Donald Trump menuai kritik baik dari kelompok migran maupun politisi Demokrat.

Washington menepis tudingan itu dan menjelaskan Jakelin tidak menunjukkan adanya masalah medis beberapa jam setelah ditahan.

Adapun Nery menyatakan putrinya tidak menunjukkan adanya stres saat menyerahkan diri di perbatasan, dan membantah kabar kalau dia berhari-hari tak makan sebelum tewas.

Baca juga: Jatuh saat Panjat Pagar Perbatasan AS, Dua Perempuan Migran Patah Tulang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com