Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Berusia 85 Tahun, Paul Biya Masih Ingin Berkuasa di Kamerun

Kompas.com - 13/07/2018, 21:15 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

YAOUNDE, KOMPAS.com - Presiden Kamerun Paul Biya berpotensi menjadi pemimpin dengan masa pemerintahan terpanjang kedua di Afrika setelah menyatakan diri kembali mencalonkan diri dalam pemilu 7 Oktober mendatang.

Biya, yang kini berusia 85 tahun, sudah berkuasa sejak 1982. Lewat akun Twitter-nya pada Jumat (13/7/2018), dia menegaskan kembali mencalonkan diri sebagai presiden Kamerun.

"Saya memutuskan untuk memenuhi banyaknya dukungan untuk mencalonkan diri pada pemilu 7 Oktober mendatang," kata politisi berjuluk The Sphinx itu.

"Saya akan menjadi kandidat Anda. Dan saya amat memahami tantangan yang harus kita hadapi agar Kamerun lebih bersatu, stabil, dan makmur," tambah Biya.

Baca juga: Konvoi Kendaraan Menhan Kamerun Disergap Kelompok Separatis

Namun, kata-kata Biya itu oleh sebagian kalangan dianggap hanya sebatas "lips service" karena masalah yang kini dihadapi Kamerun.

Negeri kaya minyak itu kini tengah menghadapi pemberontakan warga berbahasa Inggris di sisi barat dan serangan Boko Haram dari sisi utara negeri itu.

Sejak merdeka pada 1960, Kamerun sebenarnya sudah menghadapi ancaman perpecahan. Dan, Partai Gerakan Rakyat Demokratik Kamerun (RDPC) tempat Biya bernaung selalu menganggap diri sebagai kekuatan pemersatu bangsa.

Dengan pengaruh yang amat kuat meski di tengah kemiskinan yang nyaris merata di seluruh negeri, rezim Biya berhasil menghindar dari berbagi tuduhuan kecurangan pemilu dan korupsi.

"Selama 30 tahun, kami berharap Biya dan Kamerun yang lebih baik. Namun kenyataannya negeri ini semakin tenggelam," kata Joshua Osih, kandidat presiden dari partai oposisi Front Sosial Demokratik (SDF).

"Dia telah menciptakan sebuah sistem yang menempatkan dirinya di jantung sistem yang memastikan sistem yang diciptakannya ini tetap berjalan," kata Stephane Akoa, seorang peneliti.

Sementara itu, seorang jurnalis Perancis penulis buku "The Cameroon Paul Biya" menilai sang presiden adalah seorang master dalam seni mempertahankan status quo.

"Dia tak pernah terlihat memiliki niat untuk menyerah," kata Fanny Pigeaud, sang jurnalis.

Lahir pada 13 Februari 1933 di sebuah desa yang berjarak 220 kilometer dari ibu kota Yaounde, Biya belajar ilmu hukum di Perancis sebelum pulang kampung pada 1962 dan menjadi pegawai negeri.

Dia kemudian menjadi perdana menteri pada 1975 lalu mengambil alih kekuasaan dari Presiden Amadou Ahidjo yang sakit keras pada November 1982.

Namun, situasi di sekitar peralihan kekuasaan ke tangan Biya hingga saat ini masih amat samar dan sulit dicari kejelasannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com