Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusuh di Tambang Giok Terbesar di Myanmar, 5 Orang Tewas

Kompas.com - 20/10/2017, 12:05 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

YANGON, KOMPAS.com - Lima orang terbunuh dalam kerusuhan antara polisi dan penambang ilegal di pusat pertambangan batu giok di Myanmar.

Polisi menembaki gerombolan yang mencoba memasuki tambang batu giok bernilai triliunan dollar AS tersebut.

Kekerasan itu berawal ketika polisi mencoba menghentikan sekitar 50 orang penambang giok ilegal dari lahan industri milik 111 Company, di Hpakant, di negara bagian Kachin.

Wilayah tersebut selama ini dikenal sebagai pusat perdagangan yang kerap dilanda kerusuhan pekerja.

Belum lagi ancaman bencana alam berupa tanah longsor, juga kasus korupsi, dan penyalahgunaan narkoba, menghantui kawasan itu.

Jurubicara negara bagian Kachin mengatakan, usai tindakan polisi tersebut, ada sekitar 600 orang yang kembali, dan lalu menyerang polisi.

Gerombolan itu pun membakar truk pengangkut sampah, dan menghancurkan sebuah eskavator.

Baca: Patahkan Gelang Giok Bernilai Rp 590 Juta, Turis Ini Jatuh Pingsan

"Polisi diserang dengan pisau, kemudian polisi menembaki gerombolan itu untuk mengusir mereka," kata Jurubicara tersebut seperti dikutip dari laman AFP, Jumat (20/10/2017).

"Lima orang terbunuh dan 20 penambang, serta lima polisi terluka," tambahnya.

Tambang giok

Batu giok dengan kualitas terbaik dunia berasal dari Hpakant, sebuah wilayah yang awalnya subur dan kini menjadi gersang akibat pembangunan industri yang didalangi kelompok elite Junta Myanmar.

Industri ini berkembang ketika banyak permintaan giok datang dari China.

Masyarakat China meyakini batu mulia berwarna hijau itu membawa keberuntungan.

Dalam beberapa tahun terakhir, buruh miskin memenuhi Hpakant untuk menggosok puing-puing dari bongkahan batu di pertambangan raksasa tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com