Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Ambang Kebangkrutan, ISIS Pangkas Gaji Anggotanya

Kompas.com - 17/02/2016, 11:46 WIB
BEIRUT, KOMPAS.com — Dihadapkan dengan menurunnya pendapatan, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) memangkas gaji para "pegawai" di semua wilayah yang dikuasainya.

ISIS bahkan meminta warga kota Raqqa, Suriah, untuk membayar kebutuhan sehari-hari menggunakan dollar AS dengan nilai tukar pasar gelap.

Tak hanya itu, ISIS kini bersedia membebaskan para tahanannya dengan tebusan minimal 500 dollar AS atau setara dengan Rp 6,7 juta.

Terus berkurangnya pendapatan ISIS yang sempat ingin menciptakan mata uang sendiri itu salah satunya disebabkan intensifnya serangan udara koalisi pimpinan AS.

Serangan intensif itu sedikit demi sedikit menggerus keuangan ISIS sejak pertengahan tahun lalu.

Padahal, ISIS membangun loyalitas anggotanya dengan gaji besar serta berbagai fasilitas lainnya. Kini, selain memangkas gaji, ISIS juga berhenti memberikan hal-hal kecil yang awalnya gratis, seperti minuman energi dan makanan kecil.

Sejak Desember tahun lalu di kota Raqqa, ISIS sudah memangkas gaji anggotanya sebesar 50 persen, melakukan penjatahan aliran listrik, dan harga kebutuhan pokok semakin tak terjangkau.

"Tak hanya anggota mereka, setiap pegawai dari pengadilan hingga sekolah menerima gaji yang telah dipangkas hingga separuhnya," ujar warga kota Raqqa yang kini mengungsi di kota Gaziantep, Turki.

Namun, tampaknya pemangkasan gaji itu belum cukup untuk menutup biaya yang digunakan untuk mengganti persenjataan yang hancur akibat serangan udara koalisi atau hancur dalam pertempuran.

Pengeluaran terbesar ISIS terutama adalah gaji para pejuangnya. Secara total, gaji para rekrutan ini menghabiskan dua pertiga anggaran ISIS.

Demikian perkiraan Aymenn Jawad al-Tamimi, seorang peneliti dari Forum Timur Tengah yang mempelajari berbagai dokumen milik ISIS.

Menurut sejumlah aktivis di kota Raqqa, selama dua pekan terakhir, ISIS praktis hanya menerima pemasukan dari pembayaran rekening listrik dan air bersih.

"Semua dibayar dengan menggunakan dollar AS," kata Abu Ahmad, nama samaran sang aktivis.

Pernyataan Abu Ahmad itu didukung bekas penduduk Raqqa lainnya yang masih menjalin komunikasi dengan kerabat mereka yang masih tinggal di kota itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com