Al Qaeda menilai, eksekusi tersebut sebagai tindakan yang bodoh.
Ancaman balas dendam Al Qaeda disampaikan dalam pernyataan online pada Minggu (10/1/2016).
Menurut Al Qaeda, Arab Saudi telah mengeksekusi militan kendati mereka tahu bahwa "mujahidin akan membalas dendam atas darah murni saudara mereka".
Kelompok teror ini menilai, eksekusi pada 2 Januari itu adalah "kejahatan baru yang dilakukan oleh rezim Al Saud, menunjukkan tirani mereka dan peperangan mereka terhadap jihad (perang suci)," kata pernyataan tersebut.
Mereka mengklaim bahwa sistem hukum di Arab Saudi hanya melayani keluarga penguasa dalam "memperkuat kekuasaan dan menindas lawan mereka".
"Mereka (Pemerintah Arab Saudi) seharusnya takut hari ketika kerabat martir (pejuang yang dieksekusi), saudara dan partisan... merayakan (balas dendam) terhadap tiran kafir."
Al Qaeda menuduh bahwa para penguasa kerajaan Muslim Suni yang terkemuka itu "menumpahkan darah mujahidin sebagai tawaran bagi pasukan perang salib yang sedang merayakan awal tahun baru mereka".
Riyadh mengeksekusi 47 orang yang diyakini terlibat "terorisme". Empat di antaranya yaitu warga Syiah, termasuk ulama terkemuka Nimr al-Nimr yang kematiannya memicu krisis diplomatik antara Arab Saudi dan Iran.
Dalam sebuah pernyataan audio yang disebarkan via online, pemimpin Al Qaeda Arab Saudi, Ibrahim al-Assiri, memperingatkan, "Kami akan berurusan dengan Al Saud (Kerajaan Arab Saudi), kini darah sudah ditumpahkan."
Al Qaeda Arab Saudi oleh Amerika Serikat dianggap afiliasi paling berbahaya dari jaringan ekstremis global.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.