Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibanjiri 75.000 Pelamar, Lowongan Pemetik Teh di India Dibatalkan

Kompas.com - 25/08/2015, 19:06 WIB

NEW DELHI, KOMPAS.com - Pemerintah sebuah negara bagian di India membatalkan penerimaan pegawai untuk sebuah pekerjaan kasar setelah lowongan itu dibanjiri 75.000 orang pelamar, beberapa dari pelamar bahkan sarjana lulusan universitas.

Direktorat Ekonomi dan Statistik Negara Bagian Chhattisgarh, India sangat terkejut setelah sebuah lowongan pekerjaan "rendahan" yang di antara termasuk memetik daun teh dengan gaji 220 dolar sebulan dibanjiri pelamar.

Kepala Direktorat, Amitahb Panda mengatakan dia memutuskan untu menunda seleksi pegawai baru setelah menerima 70.000 lamaran lewat internet dan 5.000 lainnya datang langsung. Beberapa di antara mereka adalah para insinyur dan lulusan berbagai fakultas.

"Ini tidak nyata. Kami hanya mentargetkan antara 2.000-3.000 orang pelamar," kata Panda kepada kantor berita AFP, Selasa (25/8/2015).

Birokrasi India yang rumit, warisan dari masa kolonial Inggris, dipandang sebagai sebuah tempat bekerja yang aman dibanding sektor swasta.

Berbagai lowongan pekerjaan di pemerintahan, bahkan yang paling rendah sekalipun, sangat diminati warga hingga para pencari kerja rela membayar ribuan rupee untuk memastikan mereka mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

Zubair Meenai, seorang sosiolog dari Universitas Jamia Millia Islamia di New Delhi, mengatakan, birokrat juga dianggap memiliki lebih banyak kuasa dan status sosial di India yang masih memisahkan masyarakat dalam berbagai kelas.

"Meskipun seseroang memiliki pendapatan jutaan rupee di sebuah perusahaan swasta, namun di kalangan masyarakat para pegawai pemerintah yang mendapat lebih banyak respek," ujar Meenai.

Menurut data Bank Dunia, pada 2013, angka pengangguran di India mencapai 3,6 persen dari total populasi negeri itu. Namun, masalah utama India adalah para pekerja yang berpenghasilan sangat rendah. Di India sebanyak 23 persen populasinya hidup dengan uang di bawah 2 dolar AS sehari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com