Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Kehidupan Minoritas Muslim di Pedalaman Australia

Kompas.com - 08/05/2015, 07:11 WIB

KOMPAS.com - Saban hari Jumat di Kota Ararat - 50-an warga Muslim berkumpul di sebuah bangunan kecil dekat stasiun kereta. Demikianlah suasana ibadah mingguan umat Islam yang minoritas di kota pedalaman Victoria di luar Kota Melbourne.

Di bangunan kecil itu pula, organisasi masyarakat Muslim bernama Islamic Welfare Association sesekali bertemu dengan pihak Gereja Katolik setempat untuk kegiatan bersama.

Namun tak lama lagi, warga Muslim di kota berpenduduk 8000-an jiwa itu, akan memiliki masjidnya sendiri. Hal itu karena Pemerintah Kota Ararat telah memberikan izin pembangunan, yang juga disetujui oleh pemuka agama lain di kota itu.

ABC menemui empat keluarga Muslim - yang sama seperti warga lainnya merasa bangga dengan Ararat dan sudah menganggap kota itu sebagai kampung halaman.

Keempat keluarga ini mengakui agama yang mereka anut itu seringkali disalahpahami oleh penduduk lainnya - seakan-akan mereka merupakan ancaman bagi masyarakat setempat.


Keluarga Anas Ghazal dan Kimberly Amatullah

Anas Ghazal adalah seorang dokter di RS Ararat. Pria kelahiran Suriah ini bertemu istirnya, Kimberly, saat wanita kelahiran Australia ini berkunjung Suriah untuk memperdalam pelajaran Alquran.

"Kami dikenalkan satu sama lain, saling mencintai, dan akhirnya saya melamar dia," kata Anas.

"Kami menikah dan tinggal di Suriah selama dua tahun."

Kimberly sendiri memeluk Islam di usia 18 tahun, jauh sebelum ia bertemua Anas.

"Saat itu saya baru tamat SMA, dan mencari makna hidup saya," jelas Kimberly.

"Guru agama saya orang Suriah, jadi saya pergi ke sana untuk belajar agama dan merasakan kehidupan dalam budaya yang berbeda,' katanya.

Suami-istri ini pindah ke Ararat dari Kota Bendigo tiga bulan lalu, bersama tiga anak mereka. Kimberly kini sedang hamil anak keempat.

Kehidupan mereka sama belaka dengan pasangan keluarga muda lainnya - bekerja, antar-jemput anak ke sekolah, belanja, memasak dan kegiatan keluarga lainnya.

Mereka mengaku lebih rileks menjalani kehidupan di kota pedalaman ini dibandingkan dengan kota besar seperti Melbourne.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com