Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Satu WNI yang Tewas di Hongkong Dilaporkan Berasal dari Sulawesi

Kompas.com - 04/11/2014, 13:18 WIB
HONGKONG, KOMPAS.com — Dua warga negara Indonesia (WNI) yang diduga telah dibunuh seorang bankir investasi asal Inggris di Hongkong, kata teman-teman mereka, pergi ke bekas koloni Inggris itu demi mencari kehidupan yang lebih baik. Media Hongkong dan Inggris menyebut keduanya sebagai pekerja seks komerisal (PSK).

Jenazah Sumarti Ningsih yang dimutilasi, dan Jesse Lorena, ditemukan di apartemen Rurik Jutting, warga Inggris tersebut, pada Sabtu (1/11/2014) dini hari lalu. Ningsih, yang jenazahnya sudah membusuk dalam sebuah koper di balkon apartemen, tiba di Hongkong sebulan lalu. Dia berasal Kota Cilacap, Jawa Tengah.

Lorena, yang diyakini sudah resmi tinggal di Hongkong sebagai seorang pekerja rumah tangga (PRT), dilaporkan sedang membangun rumah di kampung halamannya, dan berencana untuk segera kembali ke sana.

MailOnline melaporkan bahwa nama asli Lorena adalah Seneng Mujiasih. Menurut media Inggris itu, Lorena berasal dari Sulawesi. Perempuan itu pergi ke Hongkong sebagai PRT. Lorena mengatakan kepada teman-teman bahwa dirinya sudah mendapatkan cukup uang selama bertahun-tahun bekerja di Hongkong sehingga bisa membangun rumah untuk dia dan keluarganya di Indonesia.

Beberapa jam sebelum pembunuhannya, Lorena dengan gembira mengatakan kepada teman-temannya bahwa dirinya akan menghadiri pesta Halloween. "Saya akan bersenang-senang," katanya.

Seorang DJ asal Belanda, Robert van den Bosch, yang sudah kenal Lorena selama empat tahun, mengatakan bahwa dia mendengar perempuan itu berbicara dengan dua temannya di luar sebuah pub di distrik "lampu merah" Wan Chai pada sekitar pukul 20.45 waktu setempat.

"Dia bilang, 'Saya akan akan bersenang-senang. Saya akan ke pesta Halloween'. Itu adalah kata-kata terakhirnya. Dua hal itu yang terus berulang di kepala saya," ujar Van den Bosch kepada Daily Telegraph.

Van den Bosch, yang bekerja di pub, mengatakan "terkejut" ketika dia mengetahui kematian brutal yang menimpa Lorena pada keesokan harinya. Dia mengatakan, Lorena sudah tinggal di Hongkong selama setidaknya delapan tahun setelah pindah dari sebuah pulau kecil di Jawa untuk "menemukan kehidupan yang lebih baik".

Sejumlah penduduk setempat mengatakan, Lorena sering terlihat di sejumlah pub dan toko-toko di distrik "lampu merah" terkenal itu.

Namun, Van den Bosch membantah sejumlah laporan bahwa perempuan itu merupakan seorang PSK. Dia mengatakan, Lorena merupakan seorang pembantu rumah tangga yang sudah sering mengirim uang ke Indonesia, dan Lorena tengah membangun rumah di kampung halamannya. "Yang mengenaskan adalah bahwa rumahnya ... baru saja selesai, dan dia berkata bahwa dia akan segera meninggalkan Hongkong, dan kembali ke Indonesia untuk menikmati hidup," kata Van den Bosch.

MailOnline melaporkan, Wan Chai, tempat Rurik Jutting diduga telah menjemput para PSK betarif sekitar Rp 4 juta per malam itu, merupakan distrik "lampu merah" terkenal di Hongkong. Apartemen Jutting terletak di daerah itu. Hanya dua blok dari apartemen Jutting, terdapat ratusan bar dan klub yang penuh dengan para pekerja seks, terutama berasal dari Asia tenggara. Mereka menawarkan "lady drinks" bagi para pelanggan potensial sebelum secara diam-diam melakukan negosiasi harga untuk jasa seks.

Kawasan itu terkenal melalui film The World of Suzie Wong tahun 1960, yang berkisah tentang seorang PSK Tionghoa.

Prostitusi merupakan sesuatu yang legal di Hongkong. Namun, banyak perempuan yang bekerja sebagai "freelancer" yang terjun ke praktik itu secara ilegal karena mereka hanya punya visa turis. Menurut MailOnline, Ningsih diduga melakukan hal semacam itu dengan menggunakan visa turis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com