Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Irak Resmi Minta Serangan Udara AS untuk Hadapi Militan ISIL

Kompas.com - 19/06/2014, 11:56 WIB
BAGHDAD, KOMPAS.COM — Baghdad secara resmi meminta bantuan serangan udara AS untuk melawan kaum militan yang telah menyerang kilang minyak utama Irak dan merebut sejumlah kota penting serta wilayah luas di utara negara itu. Permintaan tersebut menempatkan Presiden AS Barack Obama di bawah tekanan, Kamis (19/6/2014), di tengah kecemasan bahwa Irak bakal tercerai-berai.

Gedung Putih mengatakan, Obama tidak mengesampingkan serangan semacam itu setelah sebuah ofensif kilat delapan hari para petempur Sunni, yang dipimpin militan Negara Islam Irak dan Levant atau ISIL. Kelompok itu diperkirakan akan dengan cepat masuk ke ibu kota Baghdad.

Walau sejumlah pejabat menyebut beberapa kemajuan, ISIL merebut tiga desa di Irak utara, dan India mengatakan bahwa 40 warga negaranya diculik di Mosul, kota yang direbut pemberontak pada awal serangan mereka pekan lalu.

"Irak telah secara resmi meminta Washington untuk membantu ... dan untuk melakukan serangan udara terhadap kelompok teroris," kata Menteri Luar Negeri Irak Hoshyar Zebari kepada wartawan di Arab Saudi. Namun, Zebari mengatakan, "Pendekatan militer tidak akan cukup. Kami mengakui perlunya solusi politik yang drastis."

Amerika Serikat telah menghabiskan dana miliaran dollar selama beberapa tahun terakhir untuk melatih dan mempersenjatai pasukan keamanan Irak setelah membubarkan tentara yang dipimpin kaum Sunni, menyusul invasi tahun 2003 yang menggulingkan diktator Saddam Hussein.

Washington telah menempatkan sebuah kapal induk ke Teluk dan mengirim sejumlah personel militer untuk meningkatkan penjagaan keamanan kedutaannya di Baghdad. Namun, Obama menegaskan bahwa kembali bertempur di Irak tidak ada dalam rencana.

Irak telah bereaksi untuk menghadang serangan militan itu. Perdana Menteri Nouri al Maliki telah memecat sejumlah komandan keamanan yang berkinerja buruk dan bersumpah untuk "menghadapi terorisme dan melawan konspirasi." "Kami akan memberi (kaum militan) pelajaran dan menyerang mereka," katanya.

Juru bicara keamanan Maliki, Letnan Jenderal Qassem Atta, mengatakan bahwa pasukan keamanan akan segera merebut kembali kontrol penuh atas Tal Afar, sebuah kota kaum Syiah di utara yang terletak di koridor strategis ke Suriah. Ia mengatakan, perebutan kembali kota itu akan memberikan basis untuk memulai operasi merebut kembali Mosul.

Dengan ketegangan regional yang meningkat, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, republik Islam itu "akan melakukan segalanya" untuk melindungi tempat-tempat suci Syiah di kota-kota Irak dari serangan militan. Sementara itu, Arab Saudi memperingatkan risiko perang saudara di Irak dengan konsekuensi tak terduga bagi kawasan tersebut. Adapun Uni Emirat Arab telah memanggil pulang duta besarnya di Baghdad.

Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel menyalahkan bahwa agenda sektarian pemerintah yang dipimpin kaum Syiah telah memicu munculnya kelompok militan itu. "Pemerintahan Irak saat ini tidak pernah memenuhi komitmen yang dibuatnya untuk menyelenggarakan pemerintahan bersama-sama kalangan Sunni, Kurdi, dan Syiah," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com