Setahun sebelum implementasi MEA, Singapura tercatat menempati posisi pemuncak capaian implementasi soal daya saing di 10 negara ASEAN. Catatan dari Kementerian Perekonomian Indonesia, angka untuk prestasi Singapura itu adalah 81,3 persen.
Dari sepuluh negara tersebut, Laos berada di paling akhir dengan angka 76,9 persen. Sementara, satu level di atas Laos adalah Indonesia dengan angka pencapaian 77 persen. Rerata pencapaian di ASEAN adalah 72,2 persen.
Sudah sejak lama, Jepang, misalnya, memberi perhatian pada produk-produk makanan khas yang dikemas apik dan menawan. Hal seperti itu bahkan belum banyak terjadi di Indonesia, khususnya oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Walau, kata Ketua Umum Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jakarta Raya (BPD Hipmi Jaya) Iskandarsyah Rama Datau, dari segi rasa, makanan khas Indonesia jauh lebih enak. "Karena tak dikemas menarik, minat pasar pun turun," katanya di Jakarta pada Rabu (11/6/2014).
Iskandarsyah mengatakan hal ini tatkala organisasinya menyambut baik rencana Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mewajibkan pusat-pusat perbelanjaan modern seperti mal mengakomodasi produk UKM. "Ini terobosan bagus bagi UKM di Jakarta," tuturnya.
Kendati demikian, Iskandarsyah sepakat ada seleksi kualitas bagi produk-produk UKM untuk masuk ke mal. Pada sektor ini, Dinas Koperasi dan UKM bisa ikut ambil bagian untuk memberikan standardisasi dimaksud. Selain itu, pelaku UKM juga bisa mendapat kemudahan mengikuti pelatihan-pelatihan untuk peningkatan daya saing.
Pada bagian selanjutnya, Ketua Bidang UMKM dan Koperasi BPD Hipmi Jaka Zack Sumendapa menambahkan insentif sektor UKM masuk ke pasar modern adalah di bidang sewa tempat. Lantaran biaya sewa tempat masih terbilang mahal bagi UKM, program anak asuh pasar modern bisa menjadi solusi. "Payung hukum untuk bidang ini penting," katanya.