Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Diprotes Warga, Sudan Pertahankan Kenaikan Harga BBM

Kompas.com - 30/09/2013, 11:51 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

KHARTOUM, KOMPAS.com — Pemerintah Sudan, Minggu (29/9/2013), bersikukuh dengan keputusannya menaikkan harga BBM meski ribuan warga negeri itu melakukan unjuk rasa yang mengakibatkan puluhan orang tewas.

Pemerintah menyatakan 33 orang tewas akibat harga BBM naik pada Senin pekan lalu, dalam unjuk rasa terburuk sepanjang sejarah pemerintahan Presiden Omar al-Bashir.

Namun, aktivis HAM mengatakan, korban tewas mencapai 50 orang, sebagian besar di sekitar ibu kota Khartoum.

Seorang diplomat bahkan mengatakan jumlah korban tewas bisa saja mencapai 200 orang. Namun, angka pastinya akan sulit dikonfirmasi.

Sementara itu, di kota kembar Khartoum, Omdurman, polisi dan aparat keamanan lain dikerahkan dalam jumlah besar.

Sementara itu, Menteri Penerangan Sudan Ahmed Bilal mengatakan, pemerintah tidak akan membatalkan keputusannya menaikkan harga bahan bakar.

"Itu tidak mungkin. Ini adalah satu-satunya jalan," kata Bilal dalam wawancara lewat telepon kepada AFP.

Terkait banyaknya korban dari rakyat, Bilal menegaskan bahwa pemerintah harus melakukan intervensi setelah kerumunan warga melakukan kekerasan.

"Ini bukan sebuah unjuk rasa. Mereka langsung membakar SPBU-SPBU. Sebanyak 21 SPBU dibakar," lanjut Bilal.

Namun, isu yang beredar adalah SPBU-SPBU dibakar oleh tentara. Hal ini memungkinkan pemerintah melakukan intervensi.

Pemerintah Sudan, kata Bilal, sudah yakin bahwa unjuk rasa pasti muncul akibat keputusan yang tidak populer itu. Namun, mengurangi anggaran subsidi BBM bisa menyelamatkan keuangan negara.

"Ekonomi kami tak mampu lagi menanggung subsidi sebesar itu. Kami harus melangkah maju, kami tahu ini berat untuk rakyat," lanjut Bilal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com