Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obama: Penembakan #MH17, Kebiadaban Tak Terperi

Kompas.com - 19/07/2014, 03:51 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber
WASHINGTON, KOMPAS.com — Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Jumat (18/7/2014), menyebut penembakan rudal darat-udara yang menjatuhkan pesawat Malaysia Airlines berkode penerbangan MH17 pada Kamis (17/7/2014) sebagai sebuah kebiadaban.

Obama mengatakan, tragedi ini juga merupakan alarm panggilan bagi negara-negara Eropa yang sebelumnya sudah mewaspadai kekuatan Rusia menghadapi sanksi terkait intervensinya di Ukraina.

Dalam konferensi pers di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Obama juga menuntut Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengontrol pemberontak pro-Moskwa di Ukraina. Dia menegaskan, pemberontak ini tak akan bisa menembak jatuh sebuah pesawat di ketinggian 10 kilometer tanpa bantuan peralatan dan pelatihan dari Rusia.

"Kematian mereka (penumpang dan awak pesawat) adalah kebiadaban dengan proporsi yang tak terperi," kata Obama. Dia menekankan, para penumpang dan awak pesawat ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan pertempuran di Ukraina antara pemerintah di Kiev yang didukung Barat dengan milisi pro-Moskwa.

"Bukti menunjukkan bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh rudal permukaan-udara yang diluncurkan dari wilayah yang dikendalikan oleh separatis Ukraina yang didukung Rusia," kata Obama.

Sebelumnya, seorang pejabat intelijen AS mengatakan kepada AFP bahwa ada indikasi dari satelit dan data lain yang menunjukkan milisi Ukraina menembak jatuh pesawat Boeing 777 tersebut, tetapi dia mengatakan belum ada kesimpulan akhir atas tragedi ini.

Obama pun menyerukan gencatan senjata harus segera digelar di Ukraina yang harus dihormati para milisi dan dia memperingatkan barang bukti di lokasi kecelakaan tidak boleh diutak-atik.

"Tidak ada yang bisa menyangkal kebenaran yang terungkap dalam gambar mengerikan yang kita semua telah lihat, dan mata dunia menuju kawasan timur Ukraina, dan kami akan memastikan bahwa kebenaran terungkap," kata Obama.

Alarm

Obama tegas menyalahkan Rusia dan Putin atas ketidakstabilan di wilayah jatuhnya pesawat Malaysia Airlines berkode penerbangan MH17 ini. "Kami ingin Rusia untuk mengambil jalan yang menghasilkan perdamaian di Ukraina, tetapi sejauh ini Rusia telah gagal."

Sebelumnya, Rabu (16/7/2014), Obama meningkatkan sanksi ekonomi untuk Rusia terkait krisis di Ukraina. Dia juga menekan Eropa untuk memperkuat sanksi ke Rusia menyusul sanksi dari Uni Eropa yang tak seluas imbasnya dibandingkan sanksi dari Washington.

"Saya pikir ini tentu akan menjadi alarm bagi Eropa dan dunia bahwa ada konsekuensi untuk eskalasi konflik di timur Ukraina," kata Obama.

Dalam konferensi pers itu Obama mengatakan, setidaknya satu warga negara Amerika Serikat menjadi korban tewas tragedi penerbangan ini. Dia menyebut warganya itu bernama Quinn Lucas Schansman yang memiliki dwi-kewarganegaraan, yaitu Belanda-Amerika Serikat.

Belanda kehilangan tak kurang dari 173 warga dalam tragedi ini. Obama menyatakan simpati pada negara Sekutu yang dia sebut sangat dihargai itu.

Dewan Keamanan PBB menuntut penyelidikan penuh atas tragedi pesawat Malaysia Airlines ini yang bersifat independen dan berskala internasional. Utusan AS untuk PBB, Samantha Power, mengatakan, pelaku serangan harus dibawa ke pengadilan. "Mereka tidak harus dilindungi oleh negaranya maupun oleh PBB," kata Power, merujuk ke Rusia.

Power mengatakan, para milisi tak akan bisa mengoperasikan SA-11, rudal yang dicurigai Washington sebagai senjata yang menjatuhkan pesawat ini, tanpa keahlian teknis. Dugaan bantuan teknis Rusia kepada para milisi untuk melontarkan rudal ini pun tak bisa dikesampingkan.

Obama mengatakan, Washington berkeyakinan tembakan rudal yang menjatuhkan Malaysia Airlines MH17 itu datang dari milisi Ukraina pro-Rusia. "Sekelompok separatis tidak bisa menembak jatuh pesawat angkut militer, atau yang mereka klaim begitu, menembak jatuh jet tempur tanpa peralatan canggih dan pelatihan canggih, yang itu berasal dari Rusia."

Pesawat Malaysia Airlines berkode penerbangan MH17 jatuh pada Kamis di Ukraina, dengan 283 penumpang dan 15 kru di dalamnya. Semula, Malaysia Airlines merilis ada 280 penumpang dan 15 kru di pesawat itu, tetapi beberapa jam kemudian meralatnya. Setidaknya ada 12 warga negara Indonesia ada di pesawat tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com