Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profesi "Lollypop Lady" Populer bagi Pemegang Visa Ini di Australia

Kompas.com - 04/06/2019, 12:54 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

DARWIN, KOMPAS.com - Dulu bekerja di perkebunan sebagai pemetik buah merupakan pilihan bagi pemegang working holiday visa (WHV) perempuan yang ingin berada dua tahun di Australia.

Sekarang bekerja di bidang pembangunan jalan sebagai lollypop lady semakin populer dan banyak dilakukan di Darwin, Northern Territory. Bayaran untuk pekerjaan tersebut pun tinggi.

Lollypop lady adalah istilah yang digunakan untuk mereka yang bekerja mengatur lalu lintas sambil membawa tongkat untuk membiarkan mobil berhenti atau berjalan.

Pengatur lalu lintas ini diperlukan di berbagai proyek perbaikan jalan yang ada di seluruh Australia dan kebanyakan yang bekerja adalah perempuan.

Baca juga: Pemandangan Langka, Wilayah di Australia Ini Diselimuti Salju

Mereka bukan polisi, namun bekerja khusus sebagai bagian dari proyek untuk memastikan keselamatan pekerja maupun pengguna jalan umum lainnya.

Mereka yan datang ke Australia menggunakan WHV (Visa 417) diwajibkan bekerja selama 88 hari di kawasan regional sebagai syarat untuk visa tahun kedua.

Darwin dan negara bagian Northern Territory dianggap sebagai kawasan regional secara keseluruhan di Australia.

Chris Boyer, pemilik perusahaan bernama Trafficwerx NT, mengatakan 18 dari 25 karyawannya adalah perempuan yang sebagian besar adalah pemegang visa WHV.

"Kami masuk dalam kategori industri konstruksi modern, dan itu artinya staf perempuan dibayar 28 dollar Australia per jam (sekitar Rp 280 ribu)," katanya.

"Di akhir pekan, mereka bisa berpenghasilan 50 dollar Australia (sekitar Rp 500 ribu) per jam," ucapnya.

"Kadang memang yang datang, hanya untuk menjadi syarat agar visanya bisa diperpanjang, namun beberapa lainnya ada yang bekerja sampai enam bulan," imbuhnya.

Lalu, mengapa begitu banyak perempuan bekerja sebagai lollypop lady?

Boyer mengatakan, perempuan bisa membuat banyak pengendara menjadi kalem, terutama ketika pengendara marah karena begitu banyaknya perbaikan jalan di Darwin pada musim kering ini.

"Saya kira para pengendara lebih hormat terhadap perempuan di jalan," katanya.

"Perempuan cenderung lebih berkepala dingin menghadapi masalah, pengendara kadang marah harus antre, dan perempuan bisa bereaksi kalem," ujarnya.

"Juga, saya kira pengendara yang frustrasi akan kecil kemungkinan marah melihat pekerja perempuan yang mengatur lalu lintas," tutur Boyer.

Rebecca, seorang perempuan usia 26 tahun dari Skotlandia, mengatakan pekerjaan sebagai lollypop lady lebih enak dibandingkan bekerja sebagai pemetik buah di perkebunan.

"Saya tidak menduga sebelumnya ketika berada di Australia, saya akan bekerja sebagai pengatur jalan. Namun ini jauh lebih baik dibandingkan kerja di perkebunan," katanya.

Manajer operasi Louise Crothers, yang berasal dari Irlandia, mengatakan pada awalnya bekerja sebagai pengatur lalu lintas untuk memperpanjang visanya.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Jamur Penyuka Emas di Australia, Apa Maksudnya?

Namun, sekarang dia menyukai dengan pekerjaan itu dan kini sudah menjadi warga negara Australia.

"Semakin banyak backpacker yang menyebarkan informasi pemetik buah bukan satu-satunya opsi untuk bisa mendapat visa untuk tahun kedua. Bidang konstruksi juga terbuka dan banyak lowongan untuk itu," ucapnya.

Tiff, seorang perempuan 33 tahun asal Perancis, mengatakan pengatur lalu lintas ini menunjukkan adanya kesetaraan di industri konstruksi.

"Saya melihat memang lebih banyak perempuan yang bekerja di bidang ini dibandingkan laki-laki. Ini kerjaan berat sehingga menarik untuk dilihat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com