Henry memerintahkan hukuman mati pada Anne karena pengkhianatan pada 1536. Kemudian, dia menikahi Jane Seymour, yang akhirnya melahirkan seorang putra bernama Edward.
Jane meminta raja untuk menebus kesalahan terhadap putri-putrinya.
Henry bersedia melakukannya jika Mary mau mengakui dia sebagai kepala Gereja Inggris dan mengakui ilegalitas pernikahannya dengan istri pertamanya, yang tak lain adalah ibu Mary.
Dengan terpaksa, Mary setuju dan akhirnya kembali masuk ke istana. Ketika Edward VI mewarisi takhta di usia 9 tahun pada 1547, Mary harus menghadapi perbedaan di antara mereka terkait agama.
Ketegangan ini menghiasi masa pemerintahan singkat saudara tirinya tersebut hingga sang raja mangkat di usia 15 tahun pada Juli 1553.
Dia menggulingkan pemerintahan ratu baru pengganti Edward, Lady Jane Gray, cucu dari adik perempuan Henry.
Lady Jane ditempatkan dalam takhta Inggris dalam perjanjian rahasia antara Edward dan penasihatnya.
Mendapat dukungan yang meluas, beberapa hari kemudian tepatnya pada 18 Juli 1553, Mary yang berusia 37 tahun berhasil naik takhta.
Mary menjadi ratu pertama yang memerintah Inggris melalui haknya sendiri, bukan menjadi ratu karena pernikahan dengan seorang raja.
Bertekad untuk membawa rakyatnya kembali pada gereja Roma dan agar saudara tirinya, Elizabeth, tidak menjadi penerus takhtanya, dia berkeinginan menikah dengan Phillip II dari Spanyol, putra Kaisar Charles V.
Phillip adalah pria yang 11 tahun lebih muda darinya.
Namun, sebagian besar penasihat menganjurkan agar dia menikahi sepupunya, Courtenay, yang masih berdarah kerajaan.
Mary tetap pada pendiriannya, termasuk permohonannya untuk menikahi Phillip.
"Pernikahan saya adalah urusan saya sendiri," katanya kepada parlemen.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.