Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WFP: Konflik Timur Tengah Lebih Parah dari Bencana Tsunami

Kompas.com - 23/01/2019, 13:58 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Ervan Hardoko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Regional Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Tengah dan Eropa Timur World Food Programme (WFP) Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) Muhannad Hadi mengatakan situasi di Timur Tengah semakin parah akibat konflik berkepanjangan.

"Situasi di Timur Tengah makin parah, sangat disayangkan kita melihat makin banyak warga menderita yang dikarenakan krisis yang dibuat manusia sendiri, ini lebih dari tsunami, ini tsunami yang dibuat manusia," kata Hadi kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (22/1/2019).

Hadi mengatakan rakyat yang paling menderita akibat peperangan berada di Yaman, Suriah, dan Libya.

Baca juga: WFP: Bantuan Pangan untuk Rakyat Yaman Dicuri Kelompok Pemberontak

Makin banyak ibu dan anak kelaparan serta kekurangan gizi. Tercatat setidaknya 85.000 anak yang mati karena kelaparan dan kekurangan gizi akibat perang.

Kondisi yang makin parah ini terlihat sejak munculnya gerakan Arab Springs satu dekade lalu.

"Kebutuhan pangan meningkat dua kali lipat sejak 2008," kata Hadi.

Kebutuhan bantuan pangan terbesar saat ini bergeser dari Suriah ke Yaman. Sedikitnya 12 juta warga Yaman yang sehari-harinya mengandalkan bantuan pangan.

Dibutuhkan setidaknya 150 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,1 triliun per bulan untuk memenuhi kebutuhan di Yaman.

"Untuk memahami kelaparan, Anda harus membayangkan sebagai seorang ibu, yang menjelaskan kepada anak-anak Anda kenapa malam ini mereka tidur dengan perut kosong. Kelaparan itu perasaan bagaimana hak asasi Anda dicabut," kata Hadi.

Hadi yang telah bekerja untuk WFP di daerah-daerah konflik selama 27 tahun terakhir mengaku, ia belum pernah melihat penderitaan sehebat di Yaman, Suriah, dan negara-negara tetangganya.

Kendati demikian, Hadi mengaku tetap optimis akan dicapai cara untuk menyelesaikan konflik pada satu hari nanti.

"Sampai solusi ditemukan, ini kewajiban kami untuk membuat warga bertahan hidup, tetap kuat dan penuh harapan akan keadaan yang lebih baik," ujar dia.

Kelompok pemberontak Houthi menguasai ibu kota Yaman, Sana'a pada akhir 2014, ketika mereka juga telah menguasai Hodeida dan pelabuhannya.

Keadaan makin parah ketika setahun kemudian, Arab Saudi dan sekutu-sekutunya ikut campur dalam perang untuk mendukung Presiden Yaman Abedrabbo Mansor Hadi melawan Houthi.

Baca juga: Kurdi Suriah Tolak Rencana Zona Aman di Bawah Kendali Turki

Sementara di Suriah, perang saudara berkecamuk sejak 2011 ketika kelompok oposisi ingin menjatuhkan Presiden Bashar al-Assad. 

Situasi semakin parah dengan kemunculan ISIS dan intervensi militer dari negara koalisi pimpinan Amerika Serikat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com