Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah, Rontgen Temukan Teknologi Sinar-X

Kompas.com - 08/11/2018, 11:25 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan sejumlah penemuan penting. Beberapa penemuan itu bahkan ada yang tak sengaja ditemukan ketika melakukan eksperimen tertentu.

Hari ini 123 tahun yang lalu, tepatnya pada 9 November 1895, seorang fisikawan asal Jerman Wilhelm Conrad Rontgen tak sengaja menemukan sinar-x atau x-ray.

Rontgen awalnya melakukan serangkaian eksperiman yang dilakukan tanpa mempublikasikan hasilnya. Menggunakan laboratorium di Wurzburg Jerman, Rontgen menguji apakah sinar katoda bisa menembus kaca ketika dilapisi oleh bahan kimia yang berada di dekatnya.

Hasilnya, sinar katoda yang memiliki tekanan rendah ini mampu menembus benda-benda padat.

Dia juga belajar bahwa sinar temuannya mampu "menembus" badan manusia tetapi tak bisa menembus benda yang memiliki kepadatan yang lebih tinggi seperti tulang atau timbal. Namun, hasilnya tetap bisa diabadikan melalui sebuah foto.

Setelah penemuan itu, dirinya menjulukinya sebagai sinar-x karena tak mengetahui sifat dari sinar tersebut.

Dilansir dari History.com, sinar-X adalah gelombang energi elektromagnetik yang serupa dengan sinar cahaya. Akan tetapi, panjang gelombangnya kira-kira 1.000 kali lebih pendek daripada cahaya.

Penemuan Rontgen diberi label sinar-x menjadi sebuah keajaiban dalam dunia medis. Sinar-x menjadi alat diagnosis penting bagi seorang dokter untuk bisa melihat ke dalam tubuh manusia untuk kali pertama, tanpa harus operasi bedah.

Gambar pertama

Pengembangan sinar-xbuffalolib.org Pengembangan sinar-x

Penemuan ini berimbas kemajuan yang penting. Setahun kemudian, Departemen Radiologi pertama dibuka di Rumah Sakit Glasgow.

Sinar-x pengembangan Rontgen digunakan dan menghasilkan gambar pertama berupa batu ginjal beserta gambar benda yang bersarang pada tenggorokan pasien anak-anak.

Pada 1897, sinar-X digunakan di medan perang militer, selama Perang Balkan, untuk menemukan peluru dan tulang patah di dalam pasien.

Tak lama setelah itu, seorang ahli fisiologi Amerika menggunakan sinar-X untuk melacak makanan di sistem pencernaan.

Akhirnya, Wilhelm Rontgen menerima banyak penghargaan untuk karyanya, termasuk Hadiah Nobel pertama dalam bidang Fisika pada 1901. Namun, dia tak pernah mematenkan penemuannya.

Perkembangan

Para ilmuwan cepat menyadari manfaat sinar-X, tetapi lebih lambat untuk memahami efek dari radiasi tersebut.

Awalnya, sinar-X yang melewati daging tak berbahaya dan memiliki efek seperti cahaya yang sama. Namun, dalam beberapa tahun, para peneliti mulai melaporkan kasus luka bakar dan kerusakan kulit setelah terpapar sinar-X.

Pada 1904, Clarence Dally yang merupakan asisten Thomas Alva Edison meninggal karena kanker kulit efek radiasi sinar-x. Kematian Dally menjadikan ilmuwan untuk tetap berhati-hati dalam menggunakan sinar-x.

Gunting operasi tertinggal di dalam perut pasien pascaoperasi terlihat melaui sinar X-Ray. Gunting operasi tertinggal di dalam perut pasien pascaoperasi terlihat melaui sinar X-Ray.

Kini pemindaian sinar-x yang identik dengan hitam-putih mulai berkembang menjadi berwarna. Phil Butler, seorang profesor fisika, dan anaknya yang seorang profesor bioteknik, Anthony Butler, menciptakan mesin pemindai sinar-X yang dapat merekam foto berwarna dari tubuh manusia.

Mereka menggabungkan teknlogi Medipix yang diciptakan oleh Organisasi Penelitian Nuklir Eropa (XERN) dan alogaritma komputer untuk menghasilkan foto sinar-X yang tiga dimensi dan berwarna.

Materi yang lebih padat seperti tulang menyerap sinar-X, sedangkan materi yang lebih lembut seperti otot dan jaringan lain membiarkan sinar-X lewat dan mencapai film.

Teknologi ini sudah dikembangkan di New Zealand dan akan berkembang ke berbagai negara dunia. Selebihnya, teknologi sinar-X banyak digunakan dalam kedokteran, analisis material dan perangkat seperti pemindai keamanan bandara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com