Faktor lain adalah masalah keluarga atau konflik personal. Seorang pekerja bangunan lebih memilih tidur di McDonald's karena tak memiliki hubungan baik dengan orangtuanya.
Sementara seorang perempuan 55 tahun memilih tidur di McDonald's karena menghindari suaminya yang gemar main tangan.
Beberapa bahkan hanya sekadar tak ingin berada di rumah meski tak memiliki masalah apapun.
Seorang perempuan tua tanpa anak merasa amat kesepian di rumah setelah suaminya meninggal dunia. Sehingga dia memilih berada di McDonald's karena suasananya ramai.
"Kami menemukan orang yang tidur di McDonald's bukan hanya yang miskin secara finansial tetapi juga miskin secara jiwa," Jennifer melanjutkan.
Berdasarkan hasil studi ini JCI merekomendasikan sejumlah saran kepada pemerintah Hongkong.
Salah satunya adalah menyediakan lebih banyak sumber untuk organisasi kesejahteraan warga dan pekerja sosial.
Selain itu, pemerintah juga harus memperbarui statistik McRefugee ini untuk mengetahui tren di masa depan.
Baca juga: Masih Pakai Plastik, McDonalds dan Starbucks Mumbai Dijatuhi Denda
Hal yang lebih penting lagi, tambah Jennifer, sebuah perubahan dalam sikap sosial amat diperlukan.
"Di masa kini, kita tidak mau berbicara dengan orang asing, kita tak peduli dengan orang yang ada di samping kita," kata Jennifer.
"Kami ingin mendorang warga agar lebih peduli terhadap orang-orang di sekitar kita," dia menegaskan.