LONDON, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak menginginkan jika nantinya Perang Dingin jilid dua terjadi.
Jens Stoltenberg mengatakannya setelah hubungan Inggris dan Rusia mengalami ketegangan pasca-serangan terhadap mantan agen ganda bernama Sergei Skripal (4/3/2018).
Perdana Menteri Theresa May langsung mengumumkan pengusiran terhadap 23 diplomat Rusia Rabu (14/3/2018) setelah ultimatumnya tidak digubris.
Langkah May direspon Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, yang mengancam bakal melakukan tindakan terhadap diplomat Inggris.
Malah, Kedubes Rusia di London mengunggah sebuah kicauan yang menyindir begitu kakunya hubungan antara Rusia dan Inggris.
Baca juga : Senator Rusia: Barat Berusaha Tendang Kami dari Dewan Keamanan PBB
"Saat ini, temperatur hubungan Inggris dan Rusia drop hingga minus 23 derajat Celcius. Namun, kami tidak takut akan cuaca dingin," kata Kedubes Rusia.
The temperature of ???????? ???????? relations drops to ?2??3??, but we are not afraid of cold weather. pic.twitter.com/mand9YyoaE
— Russian Embassy, UK (@RussianEmbassy) March 14, 2018
Dilansir Radio Free Europe Kamis (15/3/2018), Stoltenberg berkata dia tidak berharap akan adanya Perang Dingin II, atau perlombaan senjata baru.
"Sangat mahal, sangat berisiko, dan tentunya tidak disukai semua orang," kata politisi asal Norwegia tersebut.
Stoltenberg menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir para pemimpin NATO telah memberi berbagai sanksi ekonomi kepada Rusia.
Selain itu, mereka juga menempatkan militer di kawasan timur Eropa sebagai respon akan "situasi keamanan yang mengalami perubahan".
Dikutip BBC via AFP, Stoltenberg menekankan kalau mengisolasi Rusia bukanlah sebuah alternatif. Dia optimistis kalau Rusia bisa diajak bekerja sama.
"Kami juga bisa bekerja sama jika mereka menghormati norma dasar, dan aturan dalam perilaku internasional," beber Stoltenberg.
Meski begitu, mantan Perdana Menteri Norwegia tersebut menegaskan bakal melindungi kepentingan negara sekutu jika mereka diserang.
Sesuai Artikel 5 Klausul Pertahanan, setiap anggota NATO wajib memberi bantuan jika sekutunya diserang.
Sebelumnya, dalam tubuh Skripal dan putrinya, Inggris menemukan senyawa kimia berjenis Novichok, racun saraf terhebat yang dikembangkan di era Uni Soviet.
May menuduh Rusia menjadi dalang karena Skripal mendapat label pengkhianat setelah menjual informasi kepada MI6, dinas rahasia Inggris.
Baca juga : Di Pertemuan PBB, AS Tuduh Rusia Racuni Mantan Agen Ganda di Inggris
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.