Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah WNI di Melbourne Merasa Jadi Korban Bisnis MLM Talk Fusion

Kompas.com - 28/02/2018, 14:45 WIB
Ervan Hardoko

Editor

Ayu mengatakan ia sudah menolak untuk bergabung dan memilih bertanya pada suaminya terlebih dahulu.

Namun, Ayu merasa Talk Fusion terus merayunya dengan mengatakan ia tidak akan mendapatkan penawaran yang sama jika bergabung di hari lain.

Sama seperti Angelina, Ayu pun kemudian membayar sekitar 5.000 dolar Australia atau lebih dari Rp 50 juta untuk produk yang menurutnya tidak jelas.

Pada Senin (26/2/2018) ABC Australia berhasil menghubungi Martin Carter warga Indonesia yang tinggal di Melbourne sejak 2004 dan sekarang menjadi leader Talk Fusion di Australia.

Baca juga : Modus Pencabulan 5 Remaja Putri oleh Pengusaha Ini Mirip Bisnis MLM

Martin Carter membantah tidak melakukan penipuan terhadap sejumlah orang.

"Saya tidak menipu, saya memberikan penjelasan bisnis ini dengan saksi-saksi, jadi di depan banyak orang."

"Mereka merasa tertipu karena belum menghasilkan, karena mereka tidak mau mengundang orang, mereka tidak mau bekerja, tidak mau datang ke pertemuan, tidak mau belajar, tidak mau masuk ke dalam sistem," kata Martin.

Sehingga, menurut Martin, tidak adil untuk kemudian menyalahkan Talk Fusion sebagai penyedia bisnis tersebut.

Menurut Martin, Talk Fusion bukanlah perusahaan investasi, namun sebuah perusahaan yang bergerak dalam sistem Multi Level Marketing (MLM).

Produk yang dijual adalah video chat, dengan sistem keanggotaan, sehingga untuk mendapatkan bonus anggota harus bekerja mencari anggota baru.

"Kami tidak pernah memaksa orang, kita hanya sharing dari apa yang sudah diperoleh dari bisnis ini. Saya mencontohkan diri saya sendiri yang berhasil memiliki pendapatan dari bisnis ini. Jadi saya mengajak mereka untuk bersama-sama terlibat dalam bisnis tersebut."

Baca juga : Kritisi MLM Rumput Laut ala Solar Warm

Talk Fusion ini berasal dari Amerika Serikat dan didirikan pada 2007. Sekarang, bisnis ini sudah menyebar ke 140 negara, seperti ditulis di dalam situs perusahaan tersebut.

Perusahaan ini juga beroperasi di Indonesia dan sejumlah media setemat telah melaporkan banyak warga yang merasa menjadi korban penipuan bisnis ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com