Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senator Republik Sebut Gedung Putih Sudah Jadi “Taman Kanak-Kanak”

Kompas.com - 11/10/2017, 09:14 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Mantan Presiden RI, Abdurrachman Wahid alias Gus Dur, pernah menyebut DPR bagaikan taman kanak-kanak.

Kini Gedung Putih di bawah Presiden Donald Trump dinilai sudah menjadi TK oleh senator dari partainya sendiri.

Ceritanya, Presiden AS Donald Trump terlibat dalam aksi saling cerca dengan seorang senator terkemuka Partai Republik, yang sebelumnya pernah dipandang sebagai calon kuat menteri luar negerinya.

Dalam kicauannya, Trump menyatakan, Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat Bob Corker, adalah “suara negatif” dan “ikut bertanggung jawab atas kesepakatan (nuklir) Iran yang buruk itu”.

Corker membalas dengan mengatakan, Gedung Putih di bawah Donald Trump telah menjadi “taman kanak-kanak orang dewasa”.

Tahun lalu, Corker termasuk salah satu yang dilirik Trump untuk menjadi calon menteri luar negeri, namun kemudian mereka terlibat dalam berbagai pertikaian verbal.

Baca: "Mencemaskan, Trump Berpotensi Picu Perang Dunia III"

Pengamat menyebut, cercaan Trump pada Minggu (8/10/2017) pagi itu kemungkinan dipicu oleh pesan dukungan yang disampaikan Corker sebelumnya kepada Menlu Rex Tillerson, yang tampak sebagai pukulan kepada presiden.

Dilaporkan media, Corker mengatakan bahwa Tillerson "berada di jabatan yang sangat membuat frustrasi" di posisi yang "ternyata tidak mendapat dukungan (presiden) yang selayaknya menurut saya mesti didapat oleh seorang menteri luar negeri".

Hari Rabu pekan lalu, Menlu Tillerson membantah rumor bahwa ia akan mengundurkan diri, setelah ia dikabarkan menyatakan bahwa Trump adalah seorang yang “pandir”.

Senator Corker mengumumkan bulan lalu bahwa dia tidak akan maju lagi dalam pemilihan sela tahun depan.

Corker adalah seorang pendukung kuat kesepakatan dengan Iran pada tahun 2015, untuk meredam pengembangan senjata nuklir negeri itu.

Tak jadi mencalonkan diri

Trump diperkirakan akan membatalkan kesepakatan nuklir Iran pekan depan, setelah selama ini mengecamnya di berbagai kesempatan.

Baca: Hillary: Trump, Presiden Paling Berbahaya dalam Sejarah AS

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com