Baca: Dewan Soroti Kasus Pelajar "Arisan" PSK
Seorang perempuan lainnya yang juga berinisial F mengatakan bahwa untuk sementara dana yang ditanamkan di arisan tersebut adalah 10.000 dollar.
"Saya ikut arisan sejak awal 2015. Awalnya saya ikut yang kecil yang penarikannya 3.000 dollar, semua berjalan lancar," jelasnya.
"Saya kemudian ikut lagi yang 5.000, 8.500, 10.000, dan 15.000 dollar," katanya.
Menurut kedua orang yang dihubungi ABC, masalah dengan arisan ini muncul Juli 2017.
"Ketika itu koordinator arisan mengatakan bahwa rekening banknya dibekukan oleh ATO (Kantor Perpajakan Australia). Namun belakangan alasannya berubah-ubah, dan kemudian kontaknya di WA dan FB tidak bisa dihubungi," kata F.
Beberapa orang yang khawatir akan dana mereka sempat mendatangi rumah koordinator tersebut.
Namun hanya berhasil menemui suami DP, yang mengatakan bahwa dia sudah bercerai dari istrinya, dan tidak tinggal serumah lagi.
Jangan mudah percaya
Didi Setyawan adalah koordinator sebuah kelompok komunitas Facebook bernama The Rock di Sydney dan berusaha membantu untuk mengatasi kasus arisan tersebut.
"Saya sudah menghubungi kedua belah pihak untuk melakukan mediasi. Jadi berusaha menyelesaikannya baik baik. Hasilnya dari pihak koordinator merasa tidak ada kasus dan pihak suami merasa merekalah yang jadi korban," kata Didi kepada ABC mengenai apa yang terjadi.
Koordinator arisan tersebut tidak merasa bersalah, menurut Didi, karena ketika ada masalah bulan Juli lalu karena beberapa orang tidak dibayar, beberapa korban lain tidak mau menyetor uang lagi.
"Itulah yang menyebabkan sistem arisannya hancur karena tidak ada uang yang masuk. Itulah mengapa koordinator merasa hal itu bukan kesalahan dia," tambah Didi.
Baca: Ratusan Orang Tertipu Arisan Mobil dan Motor
Namun menurut keterangan yang didapat Didi dari para korban, koordinator arisan ini memasukkan nama-nama fiktif supaya dia mendapat uang tunai duluan.
"Itulah mungkin salah satu alasan mengapa dia menolak mediasi karena akan terbongkar semua nama-nama yang ada di dalam list arisan tersebut," jelasnya.
Terlepas dari semua ini, Didi Setyawan berharap agar kasus ini bisa menjadi bahan masukan bagi semua pihak untuk lebih bijaksana menaruh uang.
"Tahun 2015 juga terjadi kasus pinjam-meminjam yang cukup banyak. Dimana pelaku memakai uang tersebut untuk bayar apartemen di Jakarta," ujarnya.
"Oleh karena itu, saya ingin mengingatkan agar kita jangan percaya begitu saja kepada orang sampai dengan mudahnya mentransfer uang dalam jumlah ribuan dollar," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.