Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iklan Kontroversial Ganesha Santap Daging, Picu Kemarahan Warga Hindu

Kompas.com - 08/09/2017, 07:52 WIB

KOMPAS.com - Warga keturunan India di Australia mengungkapkan kemarahan mereka setelah tayangan sebuah iklan menggambarkan dewa Hindu, Ganesha menyantap daging.

Iklan itu dianggap menghina, dalam agama tersebut sang dewa dikenal sebagai sosok vegetarian.

Dalam iklan tersebut terdapat sosok-sosok dari beragam agama dan kepercayaan, termasuk Yesus, Buddha, dan juga Nabi Musa.

Mereka terlihat makan bersama dalam jamuan barbekyu di halaman belakang sebuah rumah.

Pada satu momen dalam iklan itu, Buddha bertanya, "haruskah kita membahas gajah di ruangan ini?"

Baca: Pernah Ada Patung Ganesha di Situs Mataram Kuno di Semarang

Ganesha, yang digambarkan sebagai pria berkepala gajah dengan beberapa lengan langsung membalas, "tidak lucu 2.500 tahun yang lalu, juga tidak lucu sekarang."

Jawaban itu mengundang gelak tawa dari para ikon agama dan kepercayaan, termasuk alien dan wanita cantik yang mengaku tak bertuhan.

Jurubicara dari Indian Society of Western Australia Nitin Vashisht menyebut iklan tersebut sama sekali tidak sensitif.

"Saya kira mereka tidak menyadari betapa berharganya Dewa Ganesha dalam komunitas Hindu dan oleh sebagian besar masyarakat India," katanya.

"Dia itu vegetarian yang tidak minum minuman keras. Dia merupakan Dewa bagi kami dan sebagian besar masyarakat India," ujar lagi.

"Dia digambarkan menyantap domba, dan mencari strategi pemasaran baru untuk dirinya sendiri. Hal itu sangat tidak sensitif bagi masyarakat kami," tambah Vashisht.

Dia menambahkan Ganesha adalah salah satu dewa Hinduisme yang paling penting.

"Tidak ada doa India yang tidak dimulai dengan menyebut Ganesha terlebih dahulu. Tidak ada kuil India - tak masalah kuil bagi Tuhan mana pun, yang tidak memiliki Ganesha di dalamnya," kata dia.

Asosiasi tersebut meminta Meat and Livestock Australia (MLA) sebagai pengiklan untuk meminta maaf kepada masyarakat India, dan menarik tayangan iklan tersebut.

Warga lainnya pun menyatakan kemarahan terhadap iklan itu di media sosial.

Manajer pemasaran MLA Andrew Howie menjelaskan melalui sebuah pernyataan bahwa kampanye iklan daging domba bertujuan mempromosikan persatuan dan inklusivitas.

"Kampanye tersebut menampilkan tuhan-tuhan, nabi dan dewa dari berbagai agama bersama dengan atheisme, pada kondisi yang jelas fantastis, dengan tujuan untuk menjadi seinklusif mungkin."

"Untuk mencapai hal ini kami melakukan penelitian dan konsultasi yang ekstensif," kata Howie.

Vashisht mengatakan Australia adalah masyarakat multikultural dan MLA perlu memahami betapa sensitifnya isu tersebut bagi ratusan ribu umat Hindu dalam masyarakat, yang sebagian besar merupakan vegetarian.

Bukan yang pertama

Riwayat periklanan kotak-kotak ini bukan yang pertama kalinya terjadi. MLA pernah memicu kontroversi terkait sebuah kampanye iklan.

Awal tahun 2017 lembaga ini juga menuai kritik karena menggambarkan orang Aborigin Australia sedang merayakan Hari Australia dengan sebuah barbekyu.

Sebagai catatan, Hari Australia dirayakan pada hari kedatangan armada Inggris ke Australia 26 Januari 1788.

Baca: Cerita Daster Bikini di Pantai Bondi...

Tahun lalu, MLA juga dirujuk ke Badan Standar Periklanan karena sebuah iklan menampilkan presenter berita Lee Lin Chin  memimpin operasi menarik tentara Australia pulang saat Australia Day, sehingga mereka bisa makan daging domba.

Iklan itu menampilkan sebuah operasi bergaya pasukan khusus, di mana seorang vegan diselamatkan serta sayurannya terbuang.

Badan Periklanan memutuskan bahwa iklan ini tidak memicu aksi kekerasan terhadap kaum vegan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com