Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh 100 Anak Meninggal dalam 10 Hari di Rumah Sakit India

Kompas.com - 20/08/2017, 08:59 WIB

Baik pemerintah negara bagian maupun pihak rumah sakit menyebut bayi-bayi tersebut meninggal akibat mengidap sejumlah penyakit, termasuk encephalitis.

Menyusul reaksi publik atas kejadian itu, pemerintah menjatuhkan sanksi untuk pejabat utama di kampus kedokteraan itu karena menunda pembayaran ke penyedia oksigen.

Baca: Krisis Oksigen Terburuk di India, 85 Anak Tewas di Rumah Sakit

Rumah sakit di lembaga pendidikan itu disebut berutang lebih dari 6 juta rupee atau sekitar Rp1,2 miliar.

Perdana Menteri Narendra Modi menyinggung kematian itu pada pidato yang disampaikannya pada peringatan kemerdekaan India, Selasa.

Modi mendorong masyarakat turut berkabung atas kejadian tersebut. Ia pun memerintahkan penyeledikan terhadap kematian 100 bayi itu.

Terdapat sejumlah alasan penundaan pembayaran ke penyedia oksigen yang muncul ke publik, antara lain birokrasi yang lamban hingga kesibukan rumah sakit menyiapkan kunjungan menteri utama negara bagian Uttar Pradesh pada 9 Agustus.

Sementara itu, para orang tua korban terus mengisahkan cerita pedih tentang anak-anak mereka yang sesak nafas sebelum meninggal.

Banyak dari orang tua itu mengatakan, beberapa dokter memberi mereka kantong dan meminta mereka secara manual menyalurkan oksigen ke paru-paru anak mereka.

"Dalam 30 menit saya melihat tiga anak saya meninggal di depan mata saya," kata Vipin Singh kepada wartawan BBC Hindi, Nitin Srivastava.

Putri Singh yang bernama Arushi masuk rumah sakit karena gejala encephalitis.

Suhu tubuh bayi perempuan itu, kata Singh, rendah. Namun dokter memintanya tak khawatir. Dua jam setelah itu, dia diberitahu bahwa Arushi telah meninggal.

Singh berkata, hari itu ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam bangsal.

"Para dokter berlarian, tapi mereka tidak berbicara banyak. Yang saya dengar hanya tentang kematian anak saya dan saya harus membawa jenazah putri saya keluar dari bangsal itu.

Saya hanya membungkus jenazahnya dalam selimut lalu saya membawanya pulang."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com