Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Sosok Ong Ye Kung dan Masa Perselisihan di Singapura

Kompas.com - 19/07/2017, 22:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Keingintahuan dan kesenangan dalam belajar? Dan pemikiran ini datang dari menteri PAP? Tapi dia menekankan, "Kami memiliki sebuah sistem yang membantu murid menemukan kekuatan dan minat mereka. Kesenangan dalam belajar itu penting. Jika Anda menemukan sebuah ketertarikan tertentu pada diri Anda, maka ada jalan bagi Anda untuk mengejar hal tersebut."

"... Ekonomi kita saat ini lebih beragam dan menawarkan pekerjaan sesuai dengan berbagai minat ... Minat Anda harus mengarah pada pekerjaan yang bisa memberi penghasilan bagi Anda, dan juga pengakuan sosial. Anda sudah melihatnya, ini terjadi di berbagai bidang keahlian, misalnya di industri animasi digital. Lucas Film dan industri kreatif lainnya ada di sini, mereka tidak perlu lagi melihat kualifikasi tertulis, tapi portofolionya."

"Peran sekolah dan institusi harus beralih dari metode tradisional, yang hanya menyampaikan pengetahuan hingga memberikan pengalaman, serta keterampilan berkomunikasi. Jadi, sekarang sistemnya lebih banyak fokus ke belajar dari pengalaman, magang, kegiatan berkomunitas dan eksposur luar negeri. Tantangan utamanya adalah mengubah pola pikir para murid dan orang tua. Saya cukup yakin ini akan terjadi di generasi berikutnya."

Gagasan tentang Singapura yang berpusat pada masyarakat, baik dalam hal pendidikan atau pemerintahan, sejujurnya melawan intuisi dan ini cukup luar biasa.

Sebagai negara kota, yang menyadari bahwa pergerakan ekonomi masa depan bergantung pada sektor pendidikan, Singapura menganggarkan 12,9 miliar dollar Singapura (atau 17 persen dari total anggaran) tahun ini untuk kemajuan pendidikan warganya. Jumlah itu adalah dua kali lipat dari anggaran pendidikan 2005.

Namun yang lebih penting, peningkatan anggaran itu tampaknya disesuaikan dengan rekayasa ulang sistem pendidikan secara menyeluruh. Hal ini akan memiliki dampak yang dramatis terhadap masa depan politik dan masyarakat di Singapura.

Memang, menerapkan perubahan besar semacam itu akan menjadi tantangan yang berat, sekalipun dulu dia telah terbukti mampu meluncurkan terobosan sistem kualifikasi keterampilan tenaga kerja, saat menjabat Kepala Badan Pengembangan Tenaga Kerja (WDA) pada 2005 hingga 2008.

Di saat yang sama, ketika kami berbincang tentang perbedaan bahasa Mandarin dan bahasa Inggris, saya menyadari bahwa Ong memiliki pemahaman yang mendalam tentang bagaimana bahasa, budaya dan politik saling mempengaruhi satu sama lain.

"Penting untuk tidak hanya mahir dalam berbahasa, tetapi juga menguasai pola pikirnya. Bahasa Mandarin bersifat holistik dan historis, sedangkan bahasa Inggris logis dan analitis. Saya percaya, belajar bahasa yang berbeda akan meningkatkan kemampuan berpikir."

Kemudian, saat saya memelajari masalah hubungan Singapura dengan China, barulah saya menyadari betapa hebatnya persiapan yang dilakukan Ong untuk beberapa dekade mendatang menghadapi Beijing yang akan menjadi semakin kuat.

Ong bukanlah seorang pemberontak atau sosok individualis. Tapi pengalaman pribadinya yang sangat tidak biasa, fakta bahwa dia pernah kalah dalam sebuah pemilihan, dan belajar dari pengalaman tersebut, ditambah minatnya di bidang pendidikan yang telah ia reformasi, menunjukkan bahwa dia adalah lelaki yang dengan tegas dan fokus pada “potensi masa depan”.

Hanya waktu yang akan menunjukkan apakah Ong benar-benar memiliki kapabilitas sebagai Perdana Menteri.

Namun, menurut saya, kepemimpinan di “Masa Perselisihan” saat ini akan lebih condong kepada orang-orang yang dapat melihat ke depan dan yang bertekad untuk melakukan pembangunan terstruktur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com