Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Shalat Id, 2 Warga Indonesia di Swiss Nyaris Berkelahi

Kompas.com - 28/06/2017, 19:34 WIB

BERN, KOMPAS.com - Tidak banyak berbeda dengan perwakilan Indonesia di luar negeri, kediaman pribadi Duta Besar Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein ini, juga menggelar shalat Idhul Fitri, Minggu (25/6/2917). 

Cuaca cukup sejuk, suhu juga tidak sepanas seperri sepekan sebelumnya. Suasana Lebaran, cukup terasa.

Tetamu pria menggunakan baju koko dan berpeci, sementara yang perempuan berkerudung, atau bahkan berjilbab.

Tepat pukul 09.00 waktu setempat, shalat Idul Fitri dimulai. Halaman belakang Wisma Duta, taman rumput  hijau seluas empat kali lapangan bulu tangkis itu pun, disulap menjadi tempat ibadah.

Baca: Ustaz dari Indonesia Ini Pimpin Shalat Id WNI di Seattle

Tak sampai setengah jam sholat Id pun usai. Wajah sumringah dan cerah tampak mendominasi para tetamu.

Kecuali satu orang, pria berinisial LH. Pria beranak tiga ini tampak tidak setenang tetamu lainnya.

LH kemudian memanggil salah satu kawannya yang diminta menyampaikan pesan kepada seorang tamu.

"Saya ingin bertemu dengannya, empat mata,“ bisik LH kepada temannya.

Sang teman kemudian menyampaikan pesan itu kepada Budiono, laki laki yang dimaksud Leman.

"Ya, saya diminta datang ke Leman, katanya  mau bicara dengan saya,“ kata Budiiono.

Budiono bersama kawan LH, kemudian pergi ke sebuah hutan kecil di belakang Wisma Duta.

Dalam perjalanan menuju lokasi muncul Ferry Dalimunthe yang meminta Budiono agar tidak main-main dengan LH.

Ternyata di hutan kecil itu Leman Harahap sudah menunggu kedatangan Budiono.

"Ternyata saya yang datang sendirian, ditantang duel, sementara LH mengajak dua temannya itu,“ kata Budi.

Laki laki asal Surabaya ini bersikap tenang. Idul Fitri, kata Budiono, bukan untuk saling menumpahkan amarah. "Tapi sebaliknya, untuk saling memaafkan,“ katanya.

Budi tidak ingin menanggapi ajakan duel LH. Namun LH terus mendesak untuk berkelahi dengannya. Bahkan LeH sempat menyodorkan kepalanya agar Budiono memukulnya.

"Saya jadi bingung, ngajak duel kok minta dipukul duluan,“ kata Budi.

Merasa tidak nyaman dengan perlakuan ini, Budi tidak meladeni tantangan duel LH. Kemudian Budi memanggil temannya, Ochid Nadhi, agar menjadi saksi.

"Setidaknya juga sebagai saksi, kalau memang Leman terus mendesak berkelahi,“ kata Budi.

Baca: Dipimpin Ustaz Khusus, WNI di London Tunaikan Shalat Id

Saat Ochid Nadhi datang, LH masih berusaha mengajak Budiono berkelahi. Melihat suasana yang begitu panas, Ochid pun melerai keduanya.

"Saya nggak tahu apa maksud LH ngajak duel. Bukan tidak berani, tapi masak dia minta dipukul duluan,“ kata Budiono.

Dihubungi berkali kali melalui ponselnya, LH enggan mengangkatnya. Namun pada akhirnya, melalui SMS, LH mengakui menantang berkelahi Budiono, karena alasan membela seorang perempuan.

"Budi mau berkelahi dengan perempuan. Saya membela seorang perempuan,“ tulis LH tanpa menjelaskan lebih lanjut dan tak menjawab pertanyaan lanjutan.

Ferry Delimunthe, karib LH, mengakui adanya ketegangan ini.

"Iya, saya memang ada disana. Tapi enggak tahu masalahnya,“ kata Ferry.

LH kerap menghadiri acara pengajian di Bern. Laki laki yang sering berpakaian gamis ini dikabarkan kerap mengeluarkan kalimat tak pantas dalam berbagai diskusi di KBRI Bern atau lewat media sosial.

"Kemampuannya memang segitu,“ ujar salah satu warga Indonesia di Bern.

Sementara Budiono memang enggan meladeni ajakan berkelahi itu. Apalagi saat dia ditantang untuk memukul lebih dulu.

"Saya enggan memukulnya duluan, ngajak duel kok minta dipukul duluan. Dan juga ini Swiss, orang tak bisa main pukul,“ kata Budi.

"Lagi pula, persoalan diskusi di sosmed, tak bisa dilanjutkan melalui kekerasan secara fisik. Kalau mau bertanding, bisa yang resmi,“ kata Budi.

Penelusuran Kompas.com menunjukkan, tantangan duel LH terhadap Budi bermula dari diskusi  agama di medsos dengan seorang perempuan asal kota Zurich, empat bulan silam. 

Baca: Shalat Id, Gereja Kristus Raja Ungaran Ubah Jadwal Misa dan Sediakan Lahan Parkir

KBRI Bern, melalui salah satu diplomatnya, Sasanti Nordewati, mengaku tak tahu menahu atas kejadian ini.

"Keduanya tidak lapor, jadi kami memang tidak tahu. Tapi kalau itu terjadi, sangat disayangkan. Sebaiknya di hari raya Idul Fitri ini, kita saling memaafkan,“ kata Sasanti.

Sejak menjabat di Swiss, Sasanti mengaku heran dengan banyaknya kejadian yang melibatkab komunitas Indonesia,

"Saya sudah kontak dengan KBRI lain, yang lebih banyak warga Indonesianya. Tapi nggak kayak Swiss ini,“ kata Nordewati.

Sebanyak sekitar 2.000-an warga Indonesia tinggal di Swiss. Dan, beberapa kali terjadi insiden yang cukup memprihatinkan yang melibatkan warga Indonesia.

Antara lain kabar perkelahian dua perempuan dalam acara pengajian dan dugaan pelecehan seksual terhadap salah satu mahasiswi perhotelan.

Perkelahian di pengajian, tidak sampai diurus KBRI Bern. Namun kasus dugaan pelecehan seksual, sempat menjadi urusan KBRi Bern, meskipun kini tak berlanjut. (Krisna Diantha)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com