DEN HAAG, KOMPAS.com - Pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seharusnya mengetahui dengan baik bahwa ada banyak orang dalam bahaya, namun dibiarkan saja jatuh ke tangan pembantai.
Demikian putusan pengadilan banding Den Haag, Belanda, menyangkut kasus genosida atau pembunuhan massal di Bosnia pada tahun 1995, seperti dilaporkan The Guardian, Rabu (28/6/2017).
Pembantaian Srebrenica (disebut juga genosida Srebrenica) adalah kejadian pada Juli 1995 di mana sekitar lebih dari 8.000 laki-laki dewasa dan remaja etnis Muslim Bosnia dibunuh secara massal di daerah Srebrenica, Bosnia, oleh pasukan Republik Srpska yang dipimpin Jenderal Ratko Maldic.
Republik Srpska, yang sebelumnya bernama Republik Serbia Bosnia-Herzegovina, adalah satu dari tiga entitas politik di Bosnia-Herzegovina.
Baca: Belanda "Bertanggung Jawab" Atas Pembantaian Srebrenica
Pengadilan Den Haag sedang menyoroti peran pasukan Belanda, 25 tahun lalu (1995), sebagai penjaga perdamaian yang bertanggung jawab atas kematian 300 orang Muslim di Bosnia.
Ratusan Muslim itu dibantai di dekat Srebrenica di Bosnia dan Herzegovina selama perang saudara Yugoslavia, demikian putusan pengadilan banding Den Haag.
Putusan tersebut menguatkan keputusan pengadilan di bawahnya tiga tahun yang lalu bahwa pasukan Belanda seharusnya tahu bahwa orang-orang yang mencari perlindungan ke markas mereka akan dibunuh oleh tentara Serbia Bosnia.
Banyak korban, jumlahnya tidak terhitung, telah melarikan diri ke daerah aman, dan salah satunya termasuk ke markas pasukan Belanda. Namun, tentara Belanda tidak memberikan perlindungan.
“Saat itu ratusan Muslim sedang menuju ke markas Belanda di dekat Srebrenica, namun diusir sehingga mereka jatuh ke tangan pembantai yang menyerang,” demikian nota pengadilan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.