Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Palestina Minta Israel Pangkas Listrik ke Jalur Gaza

Kompas.com - 13/06/2017, 07:48 WIB

GAZA CITY, KOMPAS.com - Kelompok Hamas, Senin (12/6/2017), mengancam kekerasan baru akan muncul kembali di Jalur Gaza setelah Israel memangkas aliran listrik ke daerah itu.

Israel memangkas aliran listrik ini demi memenuhi permintaan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk menekan Hamas yang adalah rival politiknya.

Baca: Pertama Kali dalam 9 Tahun, Israel Buka Perbatasan Erez ke Jalur Gaza

Pekan ini, kabinet Israel memutuskan untuk menerima permintaan Abbas itu meski langkah ini berdampak buruk terhadap warga Gaza dan kemungkinan memicu perang baru antara Israel dan Hamas.

Selama ini listrik hanya menyala empat jam sehari di Gaza dan pemutusan aliran listrik ini membuat durasi pasokan listrik ke Gaza berkurang 45 menit.

Sejauh ini belum diperoleh informasi kapan Israel akan memulai pemangkasan aliran listrik itu.

Pemangkasan aliran listrik akan memengaruhi kehidupan dua juta orang di wilayah kantong yang sempit di pesisir Laut Tengah itu.

Rumah sakit akan mengurangi jam operasional, warga tak bisa menyimpan barang di dalam lemari es, dan warga juga akan kesulitan mengisi baterai telepon genggam mereka.

Pasokan air bersih juga akan berkurang karena pusat desalinasi air laut tak bisa bekerja tanpa energi listrik.

Dalam pernyataan resminya, Hamas mengancam Israel dan Presiden Abbas jika keputusan pemangkasan listrik akan memicu kekerasan.

"Keputusan Israel memangkas pasokan listrik setelah diminta Presiden Mahmoud Abbas berdampak buruk bagi kehidupan di Gaza," ujar Hamas.

"Keputusan ini akan memperburuk kondisi warga dan bisa memicu kekerasan di Gaza," tambah Hamas.

Baca: Bantu Warga di Jalur Gaza, AS Kucurkan Dana Rp 660 Miliar

Gilan Erdan, menteri keamanan publik Israel, mengatakan, tak ada hubungan pasti antara pemangkasan energi listrik dan konfrontasi militer.

Dia malah mendesak warga Palestina untuk mengabaikan Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel, AS, dan Inggris.

Namun sejumlah menteri mengajukan argumen tentang rencana pemangkasan listrik ini. Sebab, mereka tak ingin Israel diseret ke dalam sengketa internal Palestina antara Hamas dan pemerintahan Mahmoud Abbas.

Mekanisme pasokan listrik ke Jalur Gaza harus melakui proses rumit yang melibatkan Israel dan Otorita Palestina.

Di permukaan kedua kubu kerap saling serang dan kecam, tetapi diam-diam mereka menjalin kerja sama di sejumlah bidang, salah satunya energi listrik.

Lewat sebuah kesepakatan, Israel menarik pajak atas nama Otorita Palestina dan mengirimkan uang itu kepada pemerintah Palestina di Ramallah, Tepi Barat.

Setiap bulan uang itu kemudian ditampung Israel sebagai pembayaran biaya pasokan listrik di Jalur Gaza.

PBB memperkirakan, Jalur Gaza membutuhkan energi listrik 400 megawatt untuk memenuhi kebutuhan standar manusia. Saat ini Gaza hanya menerima pasokan listrik sebesar 150 megawatt.

Baca: Para Guru Mogok Kerja, Ribuan Siswa di Jalur Gaza Telantar

Dari jumlah itu sebanyak 120 megawatt dipasok pembangkit-pembangkit listrik Israel yang dibayar dari penerimaan pajak Otorita Palestina.

Israel dan Hamas sudah terlibat tiga kali perang sejak 2008 yang mengakibatkamn puluhan warga sipil Israel dan 2.000 warga Palestina tewas.

Sejak perang terakhir usai pada musim panas 2014 kondisi di wilayah itu relatif tenang meski ketegangan belum sepenuhnya hilang.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com