KOMPAS.com - Satu sisi Sungai Yalu mengalir di wilayah China, sementara di tepi seberangnya adalah wilayah Korea Utara.
Selama ini, spot tersebut sudah menjadi daya tarik bagi para pelancong manca negara yang ingin mengintip kondisi Korea Utara dari sisi China.
Bila dilihat dari segi ekonomi kawasan, maka seharusnya wilayah itu makmur. Namun yang terjadi, seolah tidak ada perkembangan.
Salah satu atraksi wisata di Kota Dandong di tepi Sungai Yalu, sisi Cina adalah sebuah jembatan tua.
Jembatan ini dihancurkan Amerika Serikat di masa perang Korea.
Di sisi Korea Utara sisanya sudah dibongkar, tapi di bagian China, pecahan jembatan itu dijadikan monumen.
Beberapa meter di dekatnya berdiri jembatan lain yang menjadi sarana lalulintas barang.
Bagian jembatan Yalu yang rusak direnovasi dan dibuka bagi wisatawan.
Jembatan baru dibiayai sepenuhnya oleh China, dan memakan biaya 350 juta dollar AS.
Untuk menggunakannya, pelancong harus membayar. Namun, sampai sekarang belum digunakan, karena di bagian Korea Utara, jembatan terhenti di lahan pertanian.
Rencana besar tanpa pelaksanaan
Tepian Sungai Yalu yang masuk wilayah Korea Utara, berlokasi Kota Sinuiju. Populasi kota itu hanya sekitar 400.000 jiwa.
Kota itu menjadi poros lalu lintas penting. Sinuju memiliki pelabuhan sendiri sejak lebih dari 100 tahun lalu.
Saat ini sedang dibangun jalur kereta api dan jalan tol ke Pyongyang. Sarana ini nantinya akan sangat mendukung lalulintas di kawasan perbatasan.
Bagi wisatawan di wilayah China, sangat menarik jika bisa mengintip sedikit ke Korea Utara yang tertutup. Misalnya melihat cara petani bekerja.