Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah dari Mosul: Ini Menyedihkan, Banyak Orang Diamputasi

Kompas.com - 07/04/2017, 17:30 WIB

KOMPAS.COM - Setiap saat pasti ada pasien yang dibawa dengan tandu ke rumah sakit lapangan Athbah di selatan Mosul, Irak utara.

Dokter Sultan, yang bertugas di sana, selalu berdoa semoga pasien tersebut bukan adik atau kakaknya.

Kebanyak paramedis di rumah sakit lapangan itu berasal dari kota Mosul yang tengah dilanda pertempuran sengit, antara militer Irak melawan militan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Setiap pasien korban perang mereka rawat seperti anggota keluarga atau tetangga dekat mereka, seperti dilaporkan Agence France-Presse.

"Ini sangat menyedihkan bagi kami. Banyak orang, anak-anak, harus amputasi atau akan dibiarkan tetap lumpuh," kata Sultan di rumah sakit lapangan di Athbah, hanya beberapa mil di selatan Mosul.

Sultan, yang tidak mau namanya disebut lengkap, melarikan diri dari Mosul ketika ISIS masih menguasasi kota itu.

Baca juga: Tentara Irak Rebut Gedung Pemerintah dan Museum di Mosul

Mosul dijadikan ibu kota de facto kekhalifahan ISIS di Irak sejak 2014, seperti halnya Raqqa di Suriah.

Meski Sultan telah meloloskan diri dari Mosul, namun masih sangat banyak saudaranya terjebak perang di sisi barat Mosul.

Kawasan barat Mosul masih dikendalikan kekolompok jihadis ISIS meskipun sudah hampir enam bulan pasukan keamanan Irak bertempur untuk merebutnya kembali.

"Saya tidak mempunyai berita," kata Sultan. "Daesh (ISIS) menggunakan warga sipil sebagai perisai hidup dan banyak gedung telah ambruk akibat serangan udara,” katanya.”

“Mereka mungkin telah tertimbun reruntuhan bangunan. Saya tidak tahu apa-apa tentang hal itu,” ujarnya lagi.

Saat itu, pria berusia 43 tahun itu merawat seorang pria berusia empat puluhan yang menderita luka parah di bagian wajahnya. "Dia stabil," katanya.

Di ruangan yang sama, Faruq Abdulkader merawat seorang remaja yang menggeliat kesakitan tapi relatif beruntung. "Peluru menembusi lengannya tanpa menyentuh tulang," kata dokter Faruk.

Rumah sakit lapangan Athbah dibuka sejak 24 Maret 2017 dengan dukungan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan departemen kesehatan Irak.

Abdulkader mengatakan, kebanyakan korban luka dirawat itu terkena ledakan. Namun, hal yang paling menyedihkan adalah banyak korban itu adalah anggota keluarga dan tetangga mereka.

"Beberapa dari mereka adalah tetangga kami, datang dari daerah yang sama di mana saya hidup di  Mosul dan saya merasa sedih melihat mereka," katanya.

Pertempuran untuk merebut kembali Mosul dari ISIS, yang menjadikan kota itu sebagai benteng pertahanan terakhir mereka di Irak, telah menyebabkan jatuhnya korban dari kalangan sipil.

Baca juga: Irak Memulai Operasi Militer Merebut Sisi Barat Kota Mosul

Menurut PBB,  307 orang tewas antara 17 Februari dan 22 Maret dalam operas besar menggempur Mosul, setelah operasi pembebasan Irak dari ISIS dimulai pada pertengahan Oktober 2016.

Perang juga menyebabkan putusnya rantai distribusi berbagai barang kebutuhan pokok. Banyak orang menderita kelaparan, dan anak-anak menderita gizi buruk akut.

“Hampir semua pasien kami menderita malnutrisi,” kata Taryn Anderson, kepala perawan pada klinik Athbah.

"Kami tidak bisa menyebutnya kelaparan tapi itu sangat memprihatinkan, terutama untuk anak-anak."

Ali Saad Abdulkhaled, perawat berusia 26 tahun, yang merawat pasien di rumahnya di Mosul timur selama pertempuran berkecamuk di sana, mengatakan, jumlah korban sipil yang menderita luka-luka telah meningkat dengan tajam.

"Sisi barat (Mosul) yang lebih padat penduduknya ada di Kota Tua. Jumlah korban sangat banyak. Mereka adalah tetangga kami, keluarga kami”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com