KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Seorang politisi Malaysia memicu kontroversi setelah mengatakan korban perkosaan sebaiknya menikahi pemerkosanya.
Shabudin Yahaya, anggota dari koalisi Barisan Nasional, mengeluarkan komentar itu untuk merespon usulan seorang anggota parlemen dari kubu oposisi.
Politisi oposisi itu mengusulkan agar parlemen memasukkan larangan pernikahan anak-anak ke dalam undang-undang anti-pelecehan seksual anak.
Argumen yang dilontarkan Yahaya itu memicu kecaman di media sosial dan sejumlah politisi meminta agar Yahaya dicopot dari jabatannya.
"Mereka mencapai masa pubertas dalam usia 9-12 tahun. Saat itu, tubuh mereka sudah mirip seperti remaja 18 tahun," kata Yahaya dalam perdebatan terkait undang-undang itu.
"Sehingga secara fisik dan kejiwaan, bukan lagi halangan bagi anak perempuan di usia itu untuk menikah," tambah Yahaya.
Dia kemudian menambahkan, jika seorang korban perkosaan menikahi pemerkosanya maka gadis itu tidak akan menghadapi masa depan yang suram.
Setelah komentarnya itu banyak dikecam, Yahaya mengatakan, pernyataannya diartikan salah dan di luar konteks.
Dia juga menegaskan, pernikahan bukan sebuah cara untuk melegalkan pemerkosaan.
Dia melanjutkan, posisinya menolak pernikahan anak-anak karena usulan itu tak sesuai dengan Syariah Islam.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.