Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Pemerkosaan Salahkan Diri Sendiri, Sepakat soal "Perempuan Mabuk"

Kompas.com - 29/03/2017, 07:29 WIB

MANCHESTER, KOMPAS.com - Seorang perempuan korban pemerkosaan mendukung hakim yang mengatakan bahwa perempuan yang mabuk menempatkan diri mereka dalam bahaya.

Megan Clark (19), diperkosa oleh seorang pria yang ditemuinya di Burger King ketika dia mabuk setelah sebuah acara pada satu malam di Manchester, Inggris, Juli 2016.

Persidangan memicu kontroversi karena hakim mengatakan bahwa perilaku mabuk sejumlah perempuan membuat mereka berada dalam risiko.

Clark mengatakan kepada BBC, seperti dilaporkan pada Selasa (28/3/2017), hakim menegaskan komentarnya dimaksudkan agar perempuan berhati-hati, dan ditujukan sebagai “nasihat yang baik”.

Remaja yang tidak menggunakan hak menutup identitasnya itu mengaku dia menanggapi pernyataan hakim dengan cara yang positif,  berpendapat hakim tidak sedang melakukan tindakan menyalahkan korban.

"Dia benar tentang apa yang dikatakannya," kata Megan Clark, dalam wawancara pertamanya.

Vodka dan bir

Pelaku perkosaan terhadap Clark, Ricardo Rodrigues Fortes Gomes (19), telah dihukum enam tahun penjara setelah dinyatakan bersalah dalam sidang di pengadilan Manchester.

Di persidangan terungkap bahwa ia tak peduli pada jeritan Clark dan seorang saksi yang memfilmkan perkosaan dengan ponsel yang kemudian menelepon polisi.

Sebelum serangan seksual itu, Megan Clark, minum bir dan vodka serta mengkonsumsi narkoba.

Di akhir sidang, Hakim Lindsey Kushner mengatakan bahwa sebagai hakim perempuan, ia merasa harus menganjurkan kepada kaum perempuan untuk melindungi diri dari predator pemerkosa yang “terpancing” oleh perempuan mabuk.

Hakim Kushner mengatakan perempuan berhak untuk “minum dan bermabukan”, tetapi perilaku itu juga menempatkan mereka dalam bahaya.

Berbagai pegiat mengecam pernyataan itu dengan menyebutnya sebagai komentar yang “mengerikan”, dan “menyesatkan”.

Menyalahkan diri sendiri'

Clark mengatakan dalam wawancara itu bahwa dia awalnya menyalahkan dirinya sendiri.

"Saya (sekarang) tahu itu bukan salah saya dan perkosaan tidak pernah merupakan kesalahan korban, terlepas dari apa yang saya lakukan.

"Tapi saya waktu itu merasa menempatkan diri dalam situasi itu. Saya perlu lebih berhati-hati."

Dia menambahkan, "Saya pikir hakim cuma menggunakan kasus saya dalam sidang terakhir itu untuk mengungkapkan kepeduliannya."

Clark mengatakan dia merasa 'dihakimi' ketika mengatakan kepada orang-orang bahwa dia telah diperkosa dan merasa banyak orang yang justru menyalahkan dirinya dalam pemerkosaan itu.

"Pasti masih ada stigma. Menyalahkan korban. Saya memberitahu orang-orang apa yang terjadi dan saya merasa dihakimi setelahnya."

Dikatakannya, dia jadi bisa melihat mengapa orang tidak melaporkan perkosaan dan tidak ingin menuntut keadilan.

"Orang-orang menyalahkan perilaku saya. Itulah sebabnya orang tidak mau berbicara tentang (pemerkosaan) yang dideritanya."

Mengecewakan

Megan Clark juga mengatakan andaikan tidak ada saksi yang merekam pemerkosaan itu, maka ia tak akan melapor ke polisi.

Dan rekaman itu harus ditontonnya sebelum tanya jawab di persidangan.

"Cukup mengerikan untuk menontonnya. Dan itu berbeda dengan bagaimana saya mengingatnya. Sangat berat menontonnya."

Clark menyarankan agar korban-korban lainnya melaporkan pemerkosaan.

"Pesan saya jangan berkecil hati oleh sistem yang mengecewakan kita, atau orang-orang yang menghakimi. Itu akan selalu terjadi," katanya.

"Kita semua tahu (perkosaan) bukan kesalahan kami (korban). Jadi saya mendorong para korban untuk melaporkan kasusnya."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com